Agar Obat Lebih Akurat
Edisi: Edisi / Tanggal : 2022-04-23 / Halaman : / Rubrik : LAPSUS / Penulis :
Levana Laksmicitra Sani mendirikan Nalagenetics, perusahaan rintisan teknologi kesehatan di Singapura yang berfokus pada farmakogenomik. Melalui uji genetik, Nalagenetics membantu menaikkan kemanjuran obat untuk beberapa penyakit dan mengurangi efek samping. Pada penyakit kusta di Papua dan Papua Barat, kematian pasien akibat alergi obat bisa ditekan hingga nol kasus. Pendekatan farmakogenomik juga menekan ongkos kesehatan.
MASIH lekat dalam ingatan Levana Laksmicitra Sani peristiwa kepergian kakeknya pada 2014. Sang kakek yang berusia 81 tahun berpulang setelah menjalani serangkaian pengobatan jantung. Ia menjalani pengobatan kepada beberapa dokter. “Kakek saya sampai minum 8-12 jenis obat,” kata Levana saat berbincang dengan Tempo melalui konferensi video, Kamis, 14 April lalu.
Pendiri Nalagenetics, yang berkantor di Singapura, ini beralasan membawa kakeknya ke beberapa dokter karena tak ada obat yang manjur. Jantung kakeknya tetap bermasalah dan sering kejang. Ketika keluarga membawanya ke Rumah Sakit Mayo Clinic di Amerika Serikat, dokter di sana mengatakan bahwa kakeknya minum terlalu banyak obat. “Efek samping obat membuat akhir hayatnya sangat sengsara,” ujar Levana.
Memori tentang kakeknya itu terus terekam saat Levana bekerja di Genome Institute of Singapore pada 2014-2016. Perempuan 29 tahun ini menjadi salah satu peneliti di lembaga riset genetik terkemuka di Negeri Singa itu. Berkutat dengan materi genetik manusia di laboratorium, Levana selalu terpikir mengenai personalisasi obat supaya tidak semua orang harus mengkonsumsi tambar yang bisa memicu efek samping. Menurut dia, setiap pasien harus mendapat obat yang tepat dengan takaran yang pas.
Levana Sani, di Singapura, 18 April 2022. Dok. Pribadi
Momentum itu datang ketika Levana berjumpa dengan Alexander Lezhava, Jianjun Liu, dan Astrid Irwanto. Ketiganya adalah senior Levana di Genome Institute of Singapore. Mereka awalnya menggarap proyek penelitian genom manusia yang berfokus terhadap farmakogenomik pada Dapson, obat penyakit kusta. Tim peneliti ini menemukan biomarka HLA-B*13:01 yang memprediksi Dapsone hypersensitivity syndrome bereaksi akibat obat yang seharusnya menyembuhkan.
Levana dan tim mendapat perhatian pemerintah Indonesia. Mereka dilibatkan untuk membantu menyebarkan 1.000 alat tes genetik di lima desa di Papua dan Papua Barat—daerah endemis kusta. Studi itu menemukan 20 persen pasien kusta membawa gen HLA-B*13:01. Tes genetik ini membantu dokter memutuskan obat yang tepat dan aman…
Keywords: Kanker Payudara, Penelitian Ilmiah, Tokoh Tempo, Genom, Levana Sani, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Ini Keringanan atau Deal yang Rasional?
1994-02-05Setelah mou ditandatangani, penggubah lagu pop rinto harahap akan diakui kelihaiannya dalam bernegosiasi perkara utang-piutang.…
Modifikasi Sudah Tiga Kali
1994-02-05Perundingan itu hanya antara bi dan pt star. george kapitan bahkan tidak memegang proposal rinto…
Cukup Sebulan buat Deposan
1994-02-05Utang bank summa masih besar. tapi rinto harahap yakin itu bisa lunas dalam sebulan. dari…