Kita Harus Siap Dengan Harga Minyak Tinggi
Edisi: Edisi / Tanggal : 2022-05-14 / Halaman : / Rubrik : WAW / Penulis :
KEPALA Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto, menilai perang Rusia-Ukraina berdampak pada harga bahan bakar minyak (BBM) karena Indonesia masih berstatus net importer. Namun, di sisi hulu, perkembangan itu mendorong lebih banyak investasi untuk eksplorasi. “Gas kita surplus. Ini tambahan nilai ekspor kita, cadangan ekspor, karena sumber gas di dalam negeri cukup besar,” tuturnya dalam wawancara dengan wartawan Tempo, Retno Sulistyowati, Abdul Manan, dan Iwan Kurniawan, pada Kamis, 28 April lalu.
Mantan Direktur Utama PT Pertamina ini mendorong pemerintah agar lebih serius mengurangi konsumsi minyak dan melakukan transisi ke pemanfaatan gas untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor minyak mentah. Dalam wawancara secara daring selama satu jam itu, ia juga menjelaskan cadangan minyak dan gas, bagaimana SKK Migas memperbesar cadangan, dan inisiatif untuk mengurangi emisi karbon.
Apa dampak perang Rusia-Ukraina terhadap sektor minyak dan gas (migas)?
Perang ini menyebabkan pasokan dan permintaan secara global terganggu. Di satu sisi, harga minyak dunia menjadi sangat tinggi. Kalau kita pantau grafik pertumbuhan harga yang cukup tinggi, diperkirakan banyak pihak (penyelesaian perang) ini tidak berlangsung cepat. Karena itu, tren ke depan kita harus siap dengan harga minyak dunia yang relatif tinggi. Bagi Indonesia khususnya untuk minyak, karena kita net importer. Ini menjadi beban di hilir.
Tapi ini positif bagi hulunya. Upaya untuk efisiensi dalam penggunaan BBM perlu secara serius ditangani. Di satu sisi, gas kita surplus. Gas ini tambahan nilai ekspor kita, cadangan ekspor, karena sumber gas di dalam negeri cukup besar. Memang selayaknya dilakukan transformasi dari minyak ke gas untuk bahan bakar, baik di pembangkit listrik maupun kendaraan.
Harga migas tinggi akan mendorong investasi yang lebih besar di hulu. Kami sudah melihat kegiatan eksplorasi tumbuh 25 persen. Yang paling besar adalah pengeboran. Adapun eksplorasi bersifat jangka panjang. Untuk pengeboran, pengembangan itu untuk yang ada, upaya-upaya untuk meningkatkan dan mendapatkan tambahan produksi. Pada kuartal pertama tahun lalu terdapat 76 sumur dan kuartal pertama tahun ini 162 sumur, meningkat dua kali lipat. Ini dampak harga yang tinggi, efek dari perang di Ukraina.
Berapa lama perang diprediksi berlangsung dan pengaruhnya terhadap harga minyak?
Para analis membuat analisis sangat lebar. Kami lebih cenderung ambil taksiran terbaik. Kami lihat setidaknya sampai 2023 masih di atas garis US$ 80-an per barel sehingga kami memperkirakan harga rata-rata sampai 2023 masih US$ 100 per barel. Tapi, kalau kita menganalisis investasi yang kira-kira 20 tahun, sekarang bergeser ke US$ 70 per barel.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto pada kunjungan kerja di Sumur NS-12 yang dioperasikan KKKS EMP Bentu, Kabupaten Siak, Riau, 3 Januari 2022. (foto: Dok. SKK…
Keywords: Harga Minyak, Dwi Soetjipto, BBM, Minyak dan Gas | Migas, Perang Rusia-Ukraina, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…