Reformasi Pbb Berjalan Lambat

Edisi: Edisi / Tanggal : 2022-05-28 / Halaman : / Rubrik : WAW / Penulis :


ABDULLA Shahid terpilih sebagai Presiden Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada September 2021 tepat di masa yang sulit. Pandemi Covid-19 sedang melanda dan masalah lingkungan merebak. Baru beberapa bulan menjabat, dia sudah harus menghadapi kegawatan baru: perang Rusia-Ukraina. Dampak perang itu bahkan meluas hingga mengganggu perekonomian dunia dan memicu krisis pangan.
Dewan Keamanan PBB gagal melahirkan resolusi tentang perang tersebut dan menyerahkannya kepada Majelis Umum yang dipimpin Shahid. Kondisi ini menggaungkan kembali desakan banyak pihak tentang reformasi PBB. “Ini juga merupakan masa yang sulit bagi multilateralisme—banyak orang kehilangan harapan atau mempertanyakan lembaga-lembaga (PBB) ini,” kata Shahid.
Shahid bertandang ke Bali buat menghadiri pertemuan Platform Global untuk Pengurangan Risiko Bencana pada Kamis, 26 Mei lalu. Di tengah kesibukannya dalam acara tersebut, mantan Menteri Luar Negeri Maladewa itu berbincang-bincang secara virtual dan dilanjutkan secara tertulis dengan wartawan Tempo, Iwan Kurniawan dan Daniel Ahmad. Shahid membahas dampak perang Rusia-Ukraina, peran Indonesia dalam G20, perubahan iklim, dan peran perempuan.
Sebagai Presiden Majelis Umum PBB, apa tantangan terbesar Anda?
Saya memegang kursi kepresidenan pada saat yang sangat sulit. Covid-19 menghancurkan komunitas kita, vaksin masih dalam tahap awal dan tidak tersedia secara luas, krisis iklim berkecamuk, serta krisis lingkungan dan sosial lain sedang berlangsung. Itu juga merupakan masa yang sulit bagi multilateralisme—dengan banyak orang kehilangan harapan atau mempertanyakan lembaga-lembaga (PBB) ini. Lalu tahun ini kita menghadapi krisis lain: perang di Ukraina. Ini bukan hanya bencana bagi Ukraina. Efeknya juga bergema di seluruh dunia. Ini juga merupakan tantangan lain bagi multilateralisme, bagi PBB, dan kemampuannya untuk menyatukan negara-negara anggota.
Bagaimana dengan desakan banyak pihak untuk mereformasi PBB?
Kekecewaan dalam multilateralisme adalah tantangan yang terus saya hadapi. Misalnya ada kesepakatan luas tentang perlunya mereformasi PBB agar tetap relevan. Tantangan yang dihadapi dunia menjadi makin kompleks dan saling terkait. PBB harus terus berkembang untuk dapat menjawab tantangan tersebut.
Tapi reformasi berjalan lambat. Misalnya diskusi seputar reformasi Dewan Keamanan telah berlangsung selama beberapa dekade. Fokus saya adalah menjalankan proses yang transparan, inklusif, dan didorong oleh anggota PBB, yang tahun ini difasilitasi oleh Perwakilan Tetap Denmark dan Qatar untuk PBB, Duta Besar Martin Bille Hermann dan Duta Besar Alya Ahmed bin Saif al-Thani, dan membuat beberapa kemajuan.
Dewan Keamanan PBB gagal menghasilkan resolusi tentang perang Rusia-Ukraina. Bagaimana Majelis Umum akhirnya mengambil alih masalah tersebut?
Isu Ukraina diajukan ke Majelis Umum ketika sidang Dewan Keamanan menemui jalan buntu, tidak dapat mencapai resolusi tentang masalah tersebut. Di bawah sistem PBB, bila Dewan Keamanan tidak dapat…

Keywords: Dewan Keamanan PBBKrisis PanganPerubahan IklimPerang Rusia-UkrainaReformasi PBB
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…