Jalan Politik Ali Sadikin Lewat Petisi 50

Edisi: Edisi / Tanggal : 2022-08-13 / Halaman : / Rubrik : LAPSUS / Penulis :


DUA pemuda berdiri di dekat jalan masuk Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada Senin, 27 Juni 1977. Mereka mengenakan kaus putih bergambar Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin dan tulisan "Dia Terbaik, Kita Pilih Pemimpin Terbaik". Ungkapan itu dipungut dari "Why Not the Best?", slogan Jimmy Carter dalam kampanye pemilihan Presiden Amerika Serikat pada 1976.
Mereka adalah Dipo Alam dan Bambang Sulistomo. Dipo adalah mantan Ketua Umum Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia. Sedangkan Bambang adalah putra Bung Tomo, tokoh pertempuran 10 November 1945, dan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial UI yang pernah ditahan karena peristiwa Malapetaka Lima Belas Januari atau Malari.
Hari itu, mereka menggegerkan Republik karena mengajukan petisi berisi pencalonan Ali Sadikin menjadi presiden dalam Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat yang akan digelar pada Maret 1978. “Presiden Soeharto bukannya tidak berhasil. Tapi percepatan pembangunan memerlukan orang seperti Ali Sadikin,” kata Dipo kepada Tempo pada Rabu, 10 Agustus lalu.

Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Ali Sadikin bersama Presiden Soeharto (duduk), dan Wakil Presiden Sultan Hamengkubuwono IX dalam pembukaan pameran di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 1976. [Dok. TEMPO/Ed Zoelverdi]
Aksi Dipo dan Bambang tersiar di berbagai media nasional dan asing, seperti Asahi Shimbun dan Far Eastern Economic Review. Gerakan mereka kian populer karena kaus putih bergambar wajah Ali yang didesain dan disablon Dipo dikenakan para mahasiswa di berbagai kota. Dijual seharga Rp 350 per kaus, 200 lusin terjual dalam dua pekan.
Beberapa hari kemudian, Dipo bertandang ke kantor Ali Sadikin di Balai Kota. Dipo bercerita, Ali sempat menanyakan alasan Dipo mencalonkannya. “Saya mencalonkan Bapak karena saya tak ingin Pak Harto maju lagi sebagai calon presiden melalui Golkar,” ucap Dipo, yang saat itu berusia 27 tahun.
“Bagaimana kalau kamu ditahan sama Benny Moerdani?” Ali bertanya. Yang dimaksud Ali adalah Leonardus Benjamin “Benny” Moerdani, Kepala Pusat Intelijen Strategis dan Wakil Kepala Badan Koordinasi Intelijen Negara. Menurut Dipo, nama Benny Moerdani saat itu angker untuk disebut-sebut. Dipo menjawab bahwa ia siap ditahan sebagai risiko perjuangan.Setelah itu, Dipo menantang Ali. "Bapak siap enggak kami calonkan sebagai presiden?" tanya Dipo. "Kamu saja berani, masak, saya enggak berani," tutur Dipo menirukan jawaban Ali. Mereka pun bersalaman dan berpelukan.



Keywords: Ali Sadikin wafatPetisi 50Presiden SoehartoAli SadikinGubernur Jakarta
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Ini Keringanan atau Deal yang Rasional?
1994-02-05

Setelah mou ditandatangani, penggubah lagu pop rinto harahap akan diakui kelihaiannya dalam bernegosiasi perkara utang-piutang.…

M
Modifikasi Sudah Tiga Kali
1994-02-05

Perundingan itu hanya antara bi dan pt star. george kapitan bahkan tidak memegang proposal rinto…

C
Cukup Sebulan buat Deposan
1994-02-05

Utang bank summa masih besar. tapi rinto harahap yakin itu bisa lunas dalam sebulan. dari…