Insya Allah Enggak Ada Phk Besar-besaran
Edisi: Edisi / Tanggal : 2022-09-10 / Halaman : / Rubrik : WAW / Penulis :
KEPUTUSAN pemerintah menaikkan harga BBM atau bahan bakar minyak telah memicu demonstrasi di berbagai daerah. Kenaikan yang mencapai 30 persen itu diperkirakan akan mendorong naiknya harga barang dan menambah beban masyarakat. Tak berselang lama, sejumlah sektor usaha juga mengumumkan penyesuaian tarif sebagai respons kebijakan baru ini.
Menurut Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani, dampak kenaikan ini akan sangat terasa pada sektor usaha yang komponen utamanya adalah energi, yaitu transportasi dan logistik. Asosiasi layanan pengiriman barang di darat (trucking) akan menyesuaikan tarif sampai 25 persen dan logistik 10 persen. Inflasi, ujar Hariyadi, sudah pasti akan naik, tapi tak akan lebih tinggi dari 6,5 persen. “Insya Allah enggak,” kata Hariyadi mengenai kemungkinan terjadinya hiperinflasi dan pemecatan besar-besaran.
Dalam wawancara selama sekitar satu jam dengan wartawan Tempo, Abdul Manan dan Iwan Kurniawan, pada Rabu, 7 September lalu, Hariyadi memaparkan dampak kenaikan harga bahan bakar dan pengaruhnya terhadap upah minimum pekerja. Ia juga menguraikan sejumlah tantangan yang dihadapi dunia usaha untuk masuk ke energi terbarukan dan langkah-langkah yang bisa dilakukan pemerintah agar lebih banyak pengusaha yang tertarik menggunakannya.
Apakah Apindo sudah mengantisipasi kenaikan harga bahan bakar minyak?
Kita sudah sama-sama melihat bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara mematok asumsi harga minyak mentah hanya US$ 60 per barel, tapi tiba-tiba melonjak menjadi lebih dari US$ 100, bahkan pernah US$ 128 per barel. Rata-rata sekarang US$ 109 per barel. Dengan kondisi itu, APBN pasti bermasalah. Pemerintah mengalokasikan Rp 502 triliun sudah dibelanjakan untuk subsidi terkait dengan energi itu. Memang negara lain juga melakukan hal yang sama. Hanya, karena subsidi BBM sekarang terbuka, bukan tertutup, Menteri Keuangan bilang bahwa 70 persen (subsidi energi) tidak tepat sasaran. Itu yang sebetulnya dari awal sudah kita ketahui. Subsidi terbuka akan seperti itu. Sekarang ini sedang dikoreksi. Situasinya memang kita bisa pahami dari awal.
Pengusaha pernah diajak bicara ihwal kenaikan ini?
Enggak. Kalau masalah seperti ini kami tidak pernah diajak berbicara. Selama republik ini berdiri, kalau pemerintah mau menaikkan harga BBM, tidak pernah ngomong-ngomong (ke pengusaha). Ngomongnya sama Dewan Perwakilan Rakyat. Kan kita sudah diwakili DPR.
Apa dampak langsung bagi dunia usaha?
Yang terkena dampak pasti yang sektornya menggunakan energi sebagai komponen utama, yaitu transportasi dan logistik. Itu yang paling terkena dampak. Teman-teman di trucking, asosiasinya sudah mengeluarkan pernyataan akan menyesuaikan tarif sampai 25 persen, logistik kira-kira 10 persen. Kalau taksi, (kami) belum tahu penyesuaiannya berapa. Banyak orang bertanya apakah inflasi akan naik. Ya, memang pasti akan ada pengaruh. Seberapa besar? Menurut pandangan kami, (inflasi) masih di bawah perkiraan 6,5 persen.
Bagaimana hitungannya mengenai inflasi itu?
Karena tidak ada push demand (tekanan permintaan). Kalau ada permintaan besar melebihi suplai, harga pasti akan naik. Nah, itu tidak ada. Push demand hanya ada saat Idul Fitri…
Keywords: Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) , Harga BBM, Perdagangan Karbon, Hariyadi Sukamdani, Inflasi, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…