Saya Ini Teknokrat, Corporate Man

Edisi: 13 Nov / Tanggal : 2022-11-13 / Halaman : / Rubrik : WAW / Penulis :


EMPAT tahun Darmawan Prasodjo menjadi “orang dalam” Istana Kepresidenan, ketika ia menjadi Deputi Kepala Staf Presiden pada 2015-2019. Sebelumnya ia juga terlibat dalam penyusunan materi kampanye Joko Widodo-Jusuf Kalla pada pemilihan presiden 2014. Sebagian pengalamannya ia tulis dalam buku Jokowi Mewujudkan Mimpi Indonesia yang terbit tahun lalu.
Ketika edisi bahasa Inggris buku itu terbit, Darmawan telah menjadi Wakil Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara. Di posisi ini, ia memimpin digitalisasi di perusahaan listrik negara itu. Pada akhir tahun yang sama, ia ditunjuk menjadi Direktur Utama PLN.
Dengan pengalamannya tersebut, tak mengherankan banyak orang memposisikan Darmawan sebagai orang politik yang kini memimpin badan usaha milik negara. Apalagi ia juga pernah menjadi calon legislator dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan pada 2014. Ditanyai soal ini, pria 52 tahun asal Magelang, Jawa Tengah, itu menjawab, “Saya ini teknokrat.”
Darmawan menjelaskan visinya tentang transisi energi, mobil listrik, dan perubahan iklim dalam wawancara khusus dengan Budi Setyarso dari Tempo di sela-sela Konferensi Perubahan Iklim Ke-27 (COP27) di Sharm El Sheikh, Mesir, Rabu, 9 November lalu. Setiap pagi, ia menyempatkan diri berlari lima kilometer di tepi pantai biru kota itu. Berikut ini petikan wawancaranya yang berlangsung hampir dua jam.
Dalam konteks perubahan iklim, apa perhatian utama Anda?
Kita berbicara permasalahan sangat mendasar: bumi memanas. Setiap kita makan satu kilogram nasi, ada emisi gas rumah kacanya. Setiap satu liter bensin, ada emisi karbon dioksida (CO2). Setiap kilowatt-jam listrik yang kita konsumsi, ada emisi CO2. Begitu bumi memanas, permukaan laut naik, cuaca makin ekstrem. Global warming ini memang masalah lingkungan. Namun, kalau kita lihat sumber gas rumah kacanya—dari listrik, makanan, hingga furnitur yang berbahan dasar kayu—itu adalah kegiatan ekonomi. Maka perubahan iklim ini juga masalah ekonomi.
Apa artinya bagi PLN?
Kita harus pastikan nasib generasi mendatang harus lebih baik dari generasi saat ini. Bagaimana caranya? PLN perlu terlibat dalam memperlambat pemanasan global. Kalau bisa, dalam dosis tertentu bisa menurunkan suhu, walaupun itu sulit sekali. Dalam pemanasan global, emisi di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, itu sama dengan di Moskow, Paris, New York, Sam El Seikh, Timbuktu, dan Tokyo. Di sinilah global warming menjadi global challenge. Maka yang perlu dicari adalah global solution. Kita tidak akan dapat menghadapi dan menyelesaikan masalah ini sendiri. Kita harus menyelesaikan persoalan ini dalam suasana kolaborasi dan itulah spirit COP27.
Emisi karbon transportasi kini 240-250 juta ton per tahun. Berapa dari sektor kelistrikan? Pada 2060 jadi berapa?
Kalau business as usual, pola yang sekarang kita ekstrapolasi ke 2060 adalah 900-1 miliar ton. Dari sektor kelistrikan 280 juta ton. Berapa pada 2060? Sekitar 900-1 miliar ton juga. Jadi, kalau kita lihat dari total emisi, kelistrikan dan transportasi sama-sama (menyumbang) 25 persen emisi.
Itu besar sekali. Bagaimana bisa mencapai net zero emission?
Ini kalau business as usual. Tapi kami tidak akan membiarkan ini tanpa ada intervensi. Emisi kita yang paling banyak kan dari pemanfaatan lahan, termasuk pertanian. Kemudian ada pengolahan tanah,…

Keywords: Mobil ListrikPerubahan IklimTransisi EnergiDarmawan PrasodjoDirut PLN
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…