Ekonomi Kita Tidak Terlalu Terpengaruh Situasi Global

Edisi: 26 Mar / Tanggal : 2023-03-26 / Halaman : / Rubrik : WAW / Penulis :


TAK seperti negara-negara ASEAN lain, pertumbuhan ekonomi Indonesia nyaris tak terpengaruh pandemi Covid-19. Begitu wabah infeksi virus corona mereda, beberapa sektor malah menjadi lebih kuat dibanding sebelum masa pandemi. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pertumbuhan ekonomi yang cukup menggembirakan selama Januari-Februari 2023. Kredit perbankan tumbuh 10-12 persen, lebih tinggi daripada angka pertumbuhan di masa pandemi. Pembiayaan nonbank juga tumbuh 14 persen.
Sektor yang mengalami kontraksi adalah premi asuransi jiwa. Pemicunya tak lain kasus gagal bayar klaim sejumlah perusahaan asuransi, seperti Jiwasraya dan Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera. "Tidak ada negara yang bisa maju di dunia kalau asuransinya tidak maju,” kata Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar kepada wartawan Tempo, Abdul Manan, Aisha Shaidra, dan Yohanes Paskalis, di kantornya di Wisma Mulia II, Jakarta, Jumat, 10 Maret lalu.
Ia kerap berkantor di dua tempat. Jika tidak bekerja di kantor yang berada di Jl Gatot Subroto, Jakarta, ini, dia berada di kantor OJK di Kompleks Perkantoran Bank Indonesia, Jl M.H. Thamrin. OJK mendapat sejumlah kewenangan dan tanggung jawab baru dari Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (P2SK) yang disahkan pemerintah pada Desember 2022. Dalam wawancara sekitar satu jam, mantan Wakil Menteri Keuangan ini menjelaskan masalah industri asuransi, resesi global, hingga bursa karbon.
Bagaimana kondisi ekonomi dan keuangan kita saat ini?
Tahun lalu ada prakiraan bahwa tahun ini resesi global. Tapi di awal tahun ini ada beberapa prakiraan dari lembaga multilateral ataupun analis bahwa perlambatan itu mungkin bisa dihindari dan resesi global mungkin tidak terjadi. Prakiraan terbaru mengkonfirmasi perlambatan global akan terjadi dan ada kemungkinan mild recession. Resesi ini bahkan bisa sampai tahun depan di tingkat global.
Indikatornya apa?
Upaya menanggulangi inflasi yang tinggi di negara maju, Amerika ataupun Eropa, yang semula dianggap bisa diatasi oleh bank sentral mereka dengan peningkatan suku bunga di 5-5,25 persen tampaknya tidak cukup, dan sudah bergerak ke 5,5 persen. Bahkan dalam beberapa hari ini sudah ada perkiraan lebih jauh, bisa 5,75 persen. Kebijakan suku bunga ini akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi di sana.
Ini berbeda dengan bank sentral kita yang memang bertugas menjaga pertumbuhan ekonomi, bukan hanya stabilitas dan inflasi. Di sana tidak. Mereka semata-mata mengawal inflasi. Di sisi lain, inflasi di negara-negara Eropa itu sebagian besar justru terjadi karena supply constraint, keterbatasan pasokan. Apakah itu karena pasca-pandemi yang memang ada keterbatasan logistik, pasokan belum pulih, atau tingginya harga energi dan pangan akibat perang di Ukraina dan sekarang melebar lagi dengan masuk ke persaingan geopolitik.
Apa dampaknya bagi Indonesia, yang angka pertumbuhan ekonominya diprediksi di kisaran 5 persen?
Tetap. Karena yang kita lakukan ini bukan sekadar menggantungkan diri pada apa yang terjadi di luar negeri. Justru yang kita lakukan bagaimana melihat perkembangan di luar itu, memahami apa yang terjadi dengan baik, mengidentifikasi dan memetakan risikonya, dan kemudian melakukan langkah-langkah untuk meminimalkan transmisi risiko serta memitigasinya dengan kesiapan kita. Berdasarkan…

Keywords: JiwasrayaOJKMahendra SiregarBursa KriptoBursa Karbon
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…