Penjaga Hutan Hujan Terbaik Dunia
Edisi: 28 Mei / Tanggal : 2023-05-28 / Halaman : / Rubrik : LIN / Penulis :
SINAR matahari tropis menembus kanopi hutan hujan, menerangi pondok bambu di antara pepohonan hutan adat Ammatoa Kajang di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, saat pagi mulai meremang. Seorang laki-laki tua duduk bersila dengan mata terpejam, membisikkan doa-doa untuk bumi, dikelilingi sejumlah lelaki.
Setelah pemimpin spiritual (Ammatoa) itu selesai berdoa, para lelaki yang memakai sarung nila tua tersebut berdiri dan berjalan menuju hutan. Mereka membawa keranjang rotan berisi nasi, pisang, dan lilin yang dinyalakan. Ritual ini dikenal sebagai andingingi, yang diadakan setahun sekali oleh masyarakat adat Kajang. “Bumi marah kepada kita,” kata Budi, anak laki-laki tak beralas kaki yang jongkok di pinggir pondok. “Itulah sebabnya cuaca makin buruk. Hujan dan banjir makin banyak. Makin panas. Kita telah berbuat dosa.”
Seperti banyak bagian dunia lain, tanah mereka terkena dampak cuaca yang lebih ekstrem akibat krisis iklim. Namun, sebagaimana terlihat melalui citra satelit, hutan primer lebat milik suku Kajang bebas dari jalan dan pembangunan, menyerap hujan deras yang menghancurkan tempat-tempat lain lewat banjir bandang.
Saat deforestasi global berlanjut dengan laju yang mengkhawatirkan, masyarakat adat seperti suku Kajang menjadi pelindung hutan hujan dunia. Sejumlah penelitian menunjukkan, ketika memiliki hak atas tanah, komunitas-komunitas yang mengelola setengah dari total luas lahan di dunia dan 80 persen keanekaragaman hayatinya adalah penjaga yang efektif.
Budaya-budaya lokal “telah berkontribusi dalam pengurangan penghancuran hutan dengan berbagai cara”, demikian kesimpulan 300-an lebih studi Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 2021. Suku Kajang memberikan gambaran bagaimana masyarakat adat menjalankan pekerjaan tersebut.
Komunitas itu hidup berdasarkan Pasang Ri Kajang, hukum lisan nenek moyang yang disampaikan melalui legenda dan cerita. Hukum ini bercerita tentang bagaimana manusia pertama jatuh dari langit ke hutan mereka, menjadikannya tempat tersuci di bumi.
Suku Kajang bergantung pada pertanian swasembada, tanpa industri atau perdagangan yang signifikan. Di sini menebang pohon, berburu hewan, bahkan mencabut rumput sangat terlarang. Teknologi modern seperti mobil dan telepon seluler tidak diizinkan di wilayah…
Keywords: Kabupaten Bulukumba, Masyarakat Adat, Deforestasi, Hutan Adat, Free Access, Suku Kajang, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Indorayon Ditangani oleh Labat Anderson
1994-05-14Berkali-kali lolos dari tuntutan lsm dan protes massa, inti indorayon kini terjerat perintah audit lingkungan…
Bah di Silaut dan Tanahjawa
1994-05-14Dua sungai meluap karena timbunan ranting dan gelondongan kayu. pejabat menuding penduduk dan penduduk menyalahkan…
Daftar Dosa Tahun 1993
1994-04-16Skephi membuat daftar hutan dan lingkungan hidup yang mengalami pencemaran berat di indonesia. mulai dari…