Ada Tiga Sumber Senjata Untuk Junta Myanmar

Edisi: 2 Juli / Tanggal : 2023-07-02 / Halaman : / Rubrik : WAW / Penulis :


THOMAS Andrews menyaksikan gejolak reformasi di Indonesia pada 1998. Pelapor Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Urusan Hak Asasi Manusia di Myanmar itu sedang berada di Jakarta ketika mahasiswa berdemonstrasi di jalanan. Ia melihat ibu-ibu, nenek-nenek, dan sopir taksi membawakan mereka air minum. “Saya pikir anak-anak muda ini akan menang. Mereka punya dasar dukungan kuat,” katanya di Kantor PBB di Jakarta pada Selasa, 20 Juni lalu.
Thomas Andrews melihat fenomena serupa di Myanmar hari-hari ini. Anak-anak muda turun ke jalan melancarkan perlawanan terhadap junta militer pimpinan Jenderal Senior Min Aung Hlaing. Anak-anak muda itu, Andrews menambahkan, mengambil risiko besar. “Ini memberi saya sedikit harapan," ucapnya. "Tapi mereka membutuhkan bantuan masyarakat internasional.”
Untuk itu, Andrews berkeliling dunia menemui berbagai pihak dan mendorong mereka turut mengatasi krisis Myanmar. Selama kunjungan sembilan hari di Indonesia, dia bertemu dengan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, pejabat Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara atau ASEAN, dan berbagai organisasi HAM. Dia juga menyambangi para pengungsi Rohingya di Aceh.
Dalam wawancara selama satu jam lebih dengan wartawan Tempo, Iwan Kurniawan, Abdul Manan, dan Daniel Ahmad Fajri, Andrews memaparkan kondisi Myanmar yang memburuk, dilema yang dihadapi pengungsi Rohingya, sikap negara ASEAN, dan keengganan Dewan Keamanan PBB untuk bertindak.
Apa yang Anda lihat pada kondisi Myanmar sekarang?
Ada tiga hal yang membuat junta bertahan, yakni uang, senjata, dan legitimasi. Legitimasi sangat penting dan mereka berusaha menciptakannya. Tujuannya adalah memproyeksikan kepada dunia dan orang-orang di Myanmar bahwa, “Suka atau tidak, kami di sini dan kami adalah perwakilan resmi Myanmar. Kami adalah pemerintah Myanmar yang sah”. Sangat penting bagi komunitas internasional melakukan apa saja untuk menolak kesempatan bagi junta memproyeksikan citra palsu ini.
Karena itu rakyat Myanmar melawan?
Rakyat Myanmar melawan dan mengambil risiko besar untuk mewujudkannya. Saya bertanya kepada anak muda Myanmar mengapa mereka mengambil risiko itu. Saya bilang, “Kamu bisa menjadi bagian dari 19 ribu tahanan politik di Myanmar sekarang. Mengapa kamu melakukan ini?” Dan dia berkata, “Nenek saya, ibu saya, bercerita tentang macam apa kehidupan di sini dulu. Saya lebih memilih merasakan kebebasan untuk mengakses dunia, kebebasan untuk berekspresi, dan berharap masa depan yang lebih cerah. Saya tidak akan kembali ke keadaan masa lalu seperti yang ibu dan nenek saya gambarkan, dan saya akan melakukan segala cara agar tidak kembali ke sana.” Itu dukungan kuat nomor satu untuk menentang junta, untuk mendukung demokrasi, yang dikombinasikan dengan gerakan kaum muda yang 100 persen membuat ini berhasil. Hal ini memberi saya sedikit harapan. Tapi mereka membutuhkan bantuan masyarakat internasional. Mereka membutuhkan kita.
Laporan Anda menyebutkan beberapa negara masih memasok senjata kepada junta. Apa tanggapan negara-negara itu?
Saya menulis dua laporan. Pertama tentang peran negara anggota PBB. Kedua berfokus pada sektor swasta dan peran mereka. Dalam laporan pertama, saya mengidentifikasi tiga sumber senjata untuk junta Myanmar. Itu adalah Rusia, Cina, dan Serbia. Serbia sangat kesal dan berkata, “Ini tidak benar. Laporannya tidak akurat.” Kami mengirimkan…

Keywords: Dewan Keamanan PBBASEANRohingyaJunta Militer MyanmarKrisis MyanmarThomas Andrews
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…