Pendorong Utama Aktivis Papua Ingin Merdeka

Edisi: 13 Agu / Tanggal : 2023-08-13 / Halaman : / Rubrik : WAW / Penulis :


ORANG Papua seperti invisible man, judul novel Ralph Ellison tentang orang-orang kulit hitam Amerika pada abad ke-20 yang tak dianggap. Sophie Chao, Indonesianis dari The University of Sydney, Australia, juga memakai istilah ini ketika menilai suara masyarakat Papua selalu terabaikan. Orang Papua, Sophie menerangkan, seperti tidak terlihat dan suaranya tak terdengar ketika pemerintah membuat kebijakan yang berdampak kepada mereka.
Saat meneliti Suku Marind di Merauke selama sekitar 18 bulan, Chao melihat orang Papua punya hubungan khusus dengan tanah dan hutan. Menurut Chao, dalam kosmologi Marind, tumbuhan dan hewan seperti kerabat. Masyarakat memandang tanaman baru semacam sawit seperti penjajah karena mengambil alih tanah dan semua sumber daya alam mereka. Hasil penelitian antropologisnya ini terdokumentasi dalam buku In the Shadow of the Palms: More-Than-Human Becomings in West Papua yang terbit pada 2022.
Dalam konteks tersebut, kehadiran perkebunan sawit, proyek lumbung pangan, dan pengenalan beras sebagai pengganti sagu telah mengganggu kehidupan dan pandangan hidup masyarakat Papua. Sayangnya, hidup dari hutan sering kali dipandang sebagai kehidupan terbelakang atau primitif dan melahirkan pandangan diskriminatif terhadap orang Papua.
Rasisme ini telah dimulai sejak kedatangan penjelajah serta penjajah Eropa dan terus terjadi hingga kini. “Diskriminasi rasial yang terus berlangsung adalah salah satu pendorong utama banyak aktivis Papua menginginkan kemerdekaan,” kata Sophie dalam wawancara dalam jaringan dengan wartawan Tempo, Abdul Manan dan Iwan Kurniawan, Kamis, 10 Agustus lalu.
Dalam wawancara sekitar satu jam, Chao memaparkan prinsip hidup orang Marind, dampak kehadiran militer dan perkebunan sawit, serta nasionalisme ganda orang Papua. Ia juga menggarisbawahi bahwa sorotan kuat terhadap isu kemerdekaan membuat masyarakat, yang sebenarnya lebih menuntut hak hidup dan hak ekonomi, juga takut berbicara karena khawatir diasosiasikan dengan niat untuk berpisah dari Indonesia.
Apa temuan utama studi Anda di suku Marind?
Bagi mereka, lingkungan, hutan, bukan hanya sumber daya. Itu juga keluarga mereka. Mereka berbicara tentang tumbuhan dan hewan sebagai kerabat, saudara mereka. Ketika hutan diganti dengan perkebunan, bukan hanya lingkungan atau sumber daya yang hilang, tapi juga kekerabatan.
Kedua, seputar pencapaian pembangunan agrobisnis berbasis hak dan berkelanjutan di Merauke. Faktanya, banyak masyarakat tidak selalu menentang kelapa sawit. Tapi mereka menentang pembukaan perkebunan tanpa persetujuan sebelumnya dari pemilik tanah tradisionalnya. Jadi ada masalah keadilan prosedural. Ketiga, orang Papua, juga Marind, memiliki pandangan yang sangat berbeda tentang bagaimana masa depan, tentang apa yang mereka inginkan untuk diri mereka sendiri dan anak-cucu mereka.
Apa dampak kehadiran perkebunan sawit?
Konversi hutan menjadi perkebunan telah menyebabkan tingkat kerawanan pangan, malanutrisi, dan stunting yang sangat tinggi di antara komunitas ini karena mereka secara tradisional mengandalkan hutan untuk sebagian besar persediaan makanan melalui perburuan, penangkapan ikan, serta pemanenan sagu dan umbi-umbian. Pencemaran air juga merupakan salah satu dampak lain karena pestisida yang digunakan di perkebunan itu mengalir ke sungai tempat air minum, tempat mandi, dan penangkapan ikan komunitas Marind. Ini menimbulkan berbagai macam masalah, terutama bagi perempuan dan anak-anak, seperti diare dan…

Keywords: RasismeDiskriminasiPerkebunan sawitKonflik PapuaNasionalisme Papua
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…