Wabah Kesepian
Edisi: 27 Agu / Tanggal : 2023-08-27 / Halaman : / Rubrik : MA / Penulis :
PADA sebuah senja bertahun lalu, saya duduk di atap biara di Lembah Natrun, Mesir, bersama seorang rohaniwan Kristen Koptik. Saya memanggilnya Abuna Shedraq. Abuna adalah panggilan semacam romo dalam tradisi Katolik.
Jubah Abuna hitam, juga penutup kepalanya. Ada tato salib di atas urat nadi kirinya. Sudah beberapa tahun ia tinggal di sana: terisolasi, terkurung padang pasir, tanpa televisi, koran, radio, apalagi telepon seluler dan Internet.
Abuna dan belasan rekannya meneruskan tradisi menyepi yang sudah berlangsung selama hampir dua milenial. Sejak abad pertama Masehi, pendahulu Shedraq mendirikan beberapa biara di lembah itu untuk menghindari kejaran tentara Romawi dan penguasa zalim lain.
Mereka membangun tembok lima meter dengan pintu kayu kokoh berlapis. Sebuah bel digantung di atas gerbang untuk dibunyikan para tamu sebagai tanda mengetuk. “Pendahulu kami hanya membuka pintu untuk para kafilah yang kehabisan air dan ingin menimba dari sumur biara,” kata Abuna. Ancaman itu sudah lama hilang, tapi dinding tinggi itu tetap berdiri, sebagai pengingat bahaya dunia luar.
Senja itu, di atas biara, kami menatap cakrawala. Yang terlihat hanya padang pasir kecokelatan juga sejumput pohon zaitun.
Terkepung kekosongan…
Keywords: Pandemi Covid-19, Kapitalisme, Kesepian, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Angst
2023-03-12angst, bagi para pemikir eksistensialis, adalah anak kandung absurditas hidup. bagaimana memaknainya?
Bukan Hiduplah Jika Tak Terus Bergerak
2023-03-19barat atau timur tak ada sebagai esensi. keduanya ada sebagai "fakta linguistik”.
Russkiy Mir
2023-03-26mereka menyebutnya rasisme berkedok ketuhanan. russkiy mir memunculkan totalitarianisme masa lalu.