Sebab-sebab Krisis Demokrasi Indonesia

Edisi: 31 Des / Tanggal : 2023-12-31 / Halaman : / Rubrik : LAPSUS / Penulis :



DALAM sejarah Indonesia, dua kali presiden dijatuhkan melalui demonstrasi rakyat. Yang pertama pada 1966, kedua pada 1998. Keduanya presiden hebat. Sukarno proklamator kemerdekaan dan yang kedua adalah Soeharto yang dipatenkan sebagai Bapak Pembangunan. Dua-duanya jatuh karena memimpin secara otoriter. Sukarno mengangkat dirinya sebagai presiden seumur hidup, Soeharto merekayasa sistem kekuasaan yang setiap lima tahun memenangkan dirinya sebagai presiden.
Dua peristiwa sejarah itu mengingatkan betapa berbahayanya memuja-muja seorang presiden. Presiden bukan sejenis penyanyi idola, apalagi jimat yang mesti disayang-sayang. Toh, bahkan di era kini mayoritas orang Indonesia, bukan saja kalangan awam, kaum terdidik yang semestinya kritis terus memandang presiden dalam kultus. Mereka menyukai dan memuja presiden sebagai “bapak” yang dekat di hati, yang kita cintai. Dengan kata lain, rezim berubah dan politik menjadi lebih demokratis, tapi cara orang memahami pemimpin tetap. Jangan-jangan cara kita memanjakan pemimpin ikut menyumbang lahirnya pemimpin-pemimpin otoriter.
Pemikir konservatif Prancis, Josep de Maistre, melemparkan sinisme dalam kalimatnya yang terkenal: “Toute nation a le gouvernement qu’elle mérite”, setiap bangsa mendapat pemerintahan yang sesuai dengannya. Sewaktu kalimat ini ia ucapkan, De Maistre sedang mengejek para pendukung Revolusi Prancis yang terbelah karena munculnya pemerintahan teror dari dalam mereka sendiri (reign of terror) yang berkuasa sekitar sebelas bulan (1793-1794). Singkatnya, kepada para korban “pemerintahan teror” dia ingin mengatakan, salahmu sendiri kenapa mendukung revolusi.
Dalam perkembangannya, ucapan De Maistre itu berubah menjadi “in democracy, every citizen has the government/leader they deserve”. Di sini sinisme berubah menjadi permintaan tanggung jawab politik. Ada hubungan timbal balik antara karakter pemimpin dan sifat pendukungnya. Pendukung ikut bertanggung jawab atas watak…

Keywords: Prabowo SubiantoJokowiGibran Rakabuming RakaDemokrasiPemilu 2024Pemilihan PresidenKrisis Demokrasi
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Ini Keringanan atau Deal yang Rasional?
1994-02-05

Setelah mou ditandatangani, penggubah lagu pop rinto harahap akan diakui kelihaiannya dalam bernegosiasi perkara utang-piutang.…

M
Modifikasi Sudah Tiga Kali
1994-02-05

Perundingan itu hanya antara bi dan pt star. george kapitan bahkan tidak memegang proposal rinto…

C
Cukup Sebulan buat Deposan
1994-02-05

Utang bank summa masih besar. tapi rinto harahap yakin itu bisa lunas dalam sebulan. dari…