Muhammad Amin Abdullah: Agama Tak Peduli Persoalan Lingkungan

Edisi: 14 Apr / Tanggal : 2024-04-14 / Halaman : / Rubrik : WAW / Penulis :


KERUSAKAN lingkungan, seperti deforestasi dan eksploitasi sumber daya alam, memantik perhatian berbagai pakar, termasuk cendekiawan muslim seperti Muhammad Amin Abdullah. Dia pernah memimpin Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang menghasilkan sejumlah putusan dan fatwa yang berpihak pada pelestarian lingkungan.
Amin berpendapat, membereskan dan memulihkan kerusakan lingkungan memerlukan aksi nyata. Produk seperti fatwa dan ensiklik tak cukup memberi daya dorong bagi umat untuk bertindak melindungi lingkungan. Karena itu, bagi Amin, diperlukan pemahaman fikih lingkungan demi menyelamatkan alam. "Fikih lingkungan itu faith in action, iman dalam tindakan nyata," katanya.
Namun Amin melihat ada tantangan dalam mengenalkan fikih lingkungan. Para penceramah cuma berfokus pada hubungan manusia dengan Tuhan dan sesamanya. Padahal ada dimensi lain, yakni relasi antara manusia dan alam. Guru besar Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta itu salah satu yang mendorong pembaruan tafsir Al-Quran untuk merespons persoalan masa kini, seperti bencana ekologis. "Tafsir memang harus diubah karena konteks zamannya sudah berbeda," ujar pria yang lahir di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, itu.
Pada Kamis, 21 Maret 2024, Amin menerima wartawan Tempo, Sunudyantoro dan Yosea Arga Pramudita, di kantor Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, Gambir, Jakarta Pusat. Dia menjelaskan perlunya penafsiran baru terhadap Al-Quran untuk merespons krisis lingkungan dan peran organisasi kemasyarakatan Islam dalam isu ekologis.
Untuk memperkaya perspektif, wartawan Tempo, Raymundus Rikang, melakukan wawancara tambahan melalui sambungan telepon pada Jumat, 5 April 2024. Amin menerangkan, imbauan seperti fatwa dan ensiklik tak cukup untuk membereskan persoalan lingkungan yang kompleks. "Menggerakkan masyarakat untuk beraksi tak kalah penting," tuturnya.
Apa pentingnya fikih lingkungan di tengah krisis ekologi hari ini?
Krisis atau perubahan iklim hari ini akibat ulah manusia. Jika tak ada revolusi industri, barangkali tak akan terjadi situasi semacam ini. Kita tak bisa mengerem laju revolusi industri dan tidak bisa menyalahkannya karena jumlah penduduk terus naik. Persoalannya ada pada pandangan antroposentris—manusia seakan-akan berkuasa di atas alam semesta—sehingga kita memperlakukan alam secara tak adil, ekstraktif, dan eksploitatif.
Agama gagal memberi respons yang memadai?
Terus terang bahwa agama tak peduli pada persoalan lingkungan. Materi yang disampaikan dai dan ulama cuma hubungan manusia dengan Tuhan serta sesama manusia. Hablum minallah dan hablum minannas. Mereka tak pernah menyebut hablum minalalam, hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Pengajian-pengajian itu sama sekali tak menyentuh perkara sampah, air, dan lainnya.
Kenapa isu lingkungan tak menarik bagi pedakwah?
Isunya benar-benar tertinggal. Ada aspek ekonomi juga. Yang lebih penting adalah kita terjebak pada perspektif monodisiplin. Kita cepat puas bila sudah mengetahui satu sisi pengetahuan dan cenderung tak mau tahu disiplin lain. Padahal kita…

Keywords: MuhammadiyahKerusakan LingkunganDeforestasiFatwaFikih LingkunganUIN Sunan KalijagaMuhammad Amin Abdullah
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…