BEKASI--Kisah penculikan dan pembunuhan terhadap Heni Febrina Purnamasari Harahap alias Febi, 11 tahun, membuat para orang tua waswas dan ketakutan. Pengakuan itu disampaikan sejumlah orang tua yang ditemui di sekolah bekas tempat Febi belajar, SD Pamardi Yuana Bhakti, Bekasi. "Saya jadi waswas. Bagaimanapun, kasus Febi itu membuat kami takut," kata Dinda, orang tua murid kelas IV sekolah itu, kemarin. Sebelumnya, Dinda membiarkan anaknya berangkat dan pulang sekolah dengan mobil jemputan yang disediakan pengelola sekolah. Setelah kasus Febi, Dinda setiap hari ikut mengantarkan anaknya. "Sejak kasus itu, saya dan ibu-ibu lainnya banyak yang ikut mengantar anak," kata Dinda. Kepala SD Pamardi Yuana Bhakti, Seha Srikanon, membenarkan adanya kekhawatiran itu. "Sekarang kantin sekolah penuh ibu-ibu yang mengantar anaknya," kata Seha. Kasus yang menimpa Febi itu juga ditanggapi pihak sekolah dengan mengetatkan penjagaan di sekolah. "Orang tua menyarankan agar ditambah," katanya. Sebagai ungkapan berduka, sepekan terakhir SD Pamardi Yuana Bhakti mengibarkan bendera setengah tiang. "Dia itu anaknya agak pemalu, tapi pintar sekali," tutur Seha. Seha berharap kasus ini menjadi kasus terakhir kekerasan terhadap anak. Dia mengharapkan pihak kepolisian serius menuntaskannya sehingga memberikan kepastian hukum bagi para orang tua. "Undang-undang sebenarnya sudah baik, tapi pelaksanaannya yang susah," katanya. Keluarga almarhum Febi juga meminta kasus yang menimpa anaknya menjadi perhatian khusus para penguasa dan aparat penegak hukum. Mereka diminta memberikan kepastian hukum terhadap kekerasan anak. "Biarlah anak kami menjadi tumbal kekerasan. Kami berharap kasus ini yang terakhir," kata Frans Harahap, kakek Febi, bekas wartawan Sinar Harapan. Menurut Frans, selama ini undang-undang perlindungan terhadap anak masih dijalankan terlalu lembut. "Buktinya, (penculikan) tetap terjadi dan pelakunya sering diganjar tidak seimbang," katanya. Siswanto