Demokrat Mengambang dan Iklim Anti-Politik

Edisi: 47/33 / Tanggal : 2005-01-23 / Halaman : 60 / Rubrik : DMS / Penulis : Priyono, A.E. , ,


ZAMAN berganti. Tapi tak ada perubahan yang dirasakan Rahyono. Warga Desa Kemusu, Boyolali, ini sudah lima tahun terpaksa hidup di tanah Perhutani, akibat tanah dan sawah miliknya kini sudah ada di dasar Waduk Kedung Ombo. Rahyono adalah ”tumbal” pembangunan sebuah proyek yang pernah mengundang demonstrasi luas di kalangan masyarakat itu. Politisi dan mahasiswa pernah menjadi motor protes atas pembanguan waduk tersebut. Tapi setelah itu sepi. ”Banyak aktivis mahasiswa yang dulu sering datang kemari membela kami telah jadi anggota DPR di Jakarta. Namun nasib kami, ya, tetap begini ini. Hidup susah, nasib tak jelas,” ujar Rahyono, yang sekarang menjadi buruh kasar di Pelabuhan Tanjung Priok bersama sejumlah rekan sekampungnya.

Setelah Kedung Ombo dilupakan para demonstran, tak ada lagi yang membela orang seperti Rahyono. ”Politik itu barangkali baik, tapi politisinya itu yang busuk. Orang seperti kami ini cuma sekadar jadi permainan,” ujarnya kesal. Warga Kedung Ombo hanya diingat ketika musim pemilu tiba. Orang-orang partai berlomba mengambil hati warga yang pernah disebut Presiden Soeharto sebagai kelompok mbalelo itu. Mereka hanya dijadikan obyek penambah jumlah suara, untuk kemudian dilupakan lagi begitu pemilu usai.

Rahyono dan ratusan warga Kedung Ombo, sebagaimana juga para aktor pro-demokrasi yang jadi responden penelitian Demos, tidak pernah merasa terikat, apalagi menjadi konstituen partai mana pun. Mereka sadar benar bahwa ke-giatan politik hanya memperlakukan mereka seperti komoditas yang diper-dagangkan.

Maka, yang terjadi adalah atmosfer anti-politik, fenomena yang menurut Hans Antlov sangat penting untuk memahami situasi politik kepartaian di Indonesia. Penulis buku The New Order and Beyond itu memperkirakan atmosfer ini akan mendorong gejala depolitisasi menjadi permanen, dan akan menjauhkan masyarakat dari partisipasi politik. Antlov menggambarkan situasi ini dengan referensi pasca-Pemilu 1999.…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Ibarat Menunggu Godot
2005-07-24

Pemilihan langsung kepala daerah (pilkada) ditunggu banyak orang dengan antusiasme tinggi. ada harapan bahwa pilkada…

D
Dua Wajah dalam Pilkada
2005-07-24

Pemilihan kepala daerah diharapkan dapat memperbaiki representasi politik rakyat. faktanya, pemilihan itu tak mencerminkan keinginan…

P
Pilkada: Kegagalan 'Crafting Democracy'
2005-07-24

Sejak 1999 dan menjelang sidang tahunan mpr 2000, cetro (centre for electoral reform), yang didukung…