Partai Kagetan

Edisi: 47/33 / Tanggal : 2005-01-23 / Halaman : 66 / Rubrik : DMS / Penulis : Prabawati, Debbie , ,

BUKAN hanya amuba yang berkembang biak dengan cara membelah diri. Partai-partai politik di Indonesia ternyata juga menempuh cara serupa.

Tahun 1999 merupakan era baru bagi dunia politik di Indonesia. Pemilihan umum untuk kursi legislatif kembali diikuti oleh banyak partai politik, yang sebelumnya hanya diikuti oleh tiga partai politik. Munculnya berbagai partai baru memang dijamin oleh hukum: UU Nomor 2 Tahun 1999 tentang partai politik produk pemerintahan Habibie yang menggantikan UU partai politik buatan pemerintah Orde Baru.

Fenomena yang sama muncul kembali pada Pemilu 2004. Perdebatan kembali muncul di gedung parlemen membicarakan UU Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilu yang baru untuk menggantikan UU Nomor 2 Tahun 1999 yang dianggap terlalu longgar dan sebagai upaya simplifikasi partai politik yang ada. Meskipun begitu bermacam-macam partai dengan segala ideologinya kembali nongol. Ada yang baru, tetapi ada juga peserta lama yang hadir dengan wajah baru. Pada Pemilu 2004, partai yang tercatat di Departemen Kehakiman dan HAM berjumlah 112, tapi yang berhak jadi peserta pemilu hanya 50 partai.

Dunia partai kita adalah dunia daur ulang. Di antara 50 partai itu, banyak yang mempunyai ”kemiripan” dengan partai yang dalam Pemilu 1999 tidak lolos electoral threshold. Sebut saja Partai Keadilan dan Persatuan (PKP) pimpinan Jenderal (Purn) Edi Sudrajat yang menjelma menjadi Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia. Juga Partai Kristen nasional Demokrat Indonesia (Krisna) dengan partai Kristen Nasional Demokrat Indonesia (Krisna Dei), Partai…

Keywords: -

---

Foto Terkait