Menyusuri Pemikiran Karen Armstrong

Edisi: 43/30 / Tanggal : 2001-12-30 / Halaman : 63 / Rubrik : IQR / Penulis : Suyono, Seno Joko , Prabandari, Purwani D. , Setiyardi


Karen Armstrong membentang kisah Sejarah Tuhan. Dan namanya kemudian semakin bercahaya melalui Berperang demi Tuhan dan Biografi Muhammad, yang laku keras di seluruh penjuru dunia. Mantan biarawati ini akhirnya lahir sebagai seorang pemikir lintas agama dan soal ketuhanan yang terkemuka masa kini. Ia sangat dikenal sebagai pemikir yang sangat bersimpati pada Islam dan fasih mengulas soal fundamentalisme agama. Apakah inti pemikiran Armstrong? Bagaimanakah pandangannya tentang ateisme? Meski ahli dalam agama Yahudi, Islam, Katolik, Buddha, dia sering menyebut dirinya seorang freelance monoteis, yang berarti percaya pada Tuhan tapi tak memeluk agama apa pun. Betulkah? Ikuti wawancara eksklusif TEMPO dengan Karen Armstrong.

DI sebuah ruangan seminar di Bradley, sejarah Tuhan dibentangkan. Para pengunjung, para peminat lintas agama di AS, saat itu duduk menyimak dengan tertib dan rapi. Seorang wanita keturunan Irlandia berambut pirang, berumur sekitar 50 tahun, menuturkan sejarah Tuhan dengan bahasa yang memikat. Topik yang diketengahkan menantang dan membutuhkan perhatian serius: Masa depan Tuhan. Lulusan sastra Inggris dari Universitas Oxford Inggris dan mengajar di Leo Baeck College for the Study of Judaism London bernama Karen Armstrong itu memang namanya tengah berkilau di kalangan akademik di dunia. Dan nama itu semakin berkilau sejak peristiwa tragedi 11 September, karena dialah seorang warga non-Islam yang sibuk menjelaskan wajah Islam yang damai.

Pemikiran Karen Armstrong menarik perhatian lantaran tema-tema yang disodorkan. Bukunya yang laku keras dan membuatnya populer berjudul History of God, yang sudah diterjemahkan oleh penerbit Mizan menjadi Sejarah Tuhan. Di kolokium itu ia hadir dengan sebuah pertanyaan provokatif: apakah Tuhan memiliki masa depan? Di situ ia bersemangat menjelaskan bahwa masyarakat modern membutuhkan cara baru untuk memahami Tuhan, jika kita tidak ingin agama ditinggalkan. Kontroversial? Jelas gagasannya sempat menuai pujian dan cemooh. Tapi itu membuatnya supersibuk. Laris. Hari ini ia di London. Minggu depan sudah di New York. Pekan depannya memberi kuliah lagi di kota lain.

Untuk berkomunikasi dengannya melalui surat elektronik luar biasa sulit. Tak dibalas-balas. Apalagi mencoba telepon. Pernah dalam sebuah seminar Islam dan Kosmologi di New York yang dihadirinya beberapa waktu lalu, korespoden Tempo berusaha mencegatnya, tapi ia terlalu sibuk. Setelah hampir beberapa lama majalah ini melakukan kontak dengan penerbit bukunya serta panitia-panitia seminar, akhirnya "nasib baik" itu datang. "Saya masih memberi kuliah di Harvard, tapi sebentar lagi balik ke London. Jadwal perjalanan saya bulan Desember padat. Waktu saya hanya sedikit. Sewaktu-waktu saya pergi," tiba-tiba sebuah surat elektronik meluncur dari perempuan kelahiran Birmingham 1945 itu kepada Purwani Diyah Prabandari dari TEMPO, yang berhasil "menjerat" dan mewawancarai pemikir terkemuka yang bergerak bak bayangan ini.

Tak terhitung pemikir yang menggeluti sejarah agama. Apa yang membuat pembicaraan mengenai Tuhan dari Armstrong kini begitu penting didengar dan dipelajari? Pertama, karena latar belakangnya yang "dramatik". Dia adalah seorang mantan biarawati. Selama tujuh tahun sejak umur 17 tahun ia…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

D
Dan Sang Guru Berkata...
2004-04-18

Novel filsafat sophie's world menjadi sebuah jendela bagi dunia untuk melihat dunia imajinasi dan edukasi…

E
Enigma dalam Keluarga Glass
2010-04-11

Sesungguhnya, rangkaian cerita tentang keluarga glass adalah karya j.d. salinger yang paling superior.

T
Tapol 007: Cerita tentang Seorang Kawan
2006-05-14

pramoedya ananta toer pergi di usia 81 tahun. kita sering mendengar hidupnya yang seperti epos.…