Balada Madsani, Balada Becak

Edisi: 27/30 / Tanggal : 2001-09-09 / Halaman : 12 / Rubrik : MON / Penulis : Zulkifli, Arif , ,


TELAH lebih dua pekan jasad Madsani terbujur di Pemakaman Karet Bivak, Jakarta. Orang-orang sudah berhenti menangis. Tanah merah yang mengubur lelaki 50 tahun itu sudah tak lagi basah atau berbau kembang.

Madsani mungkin telah dilupakan orang. Ia memang bukan siapa-siapa: hanya seorang anggota hansip yang tewas terkena lemparan batu oleh massa—mereka menentang razia becak yang dilakukan pemerintah. Madsani—salah satu aparat yang turut merazia—mungkin tak paham mengapa ia harus ikut menertibkan becak. Yang ia tahu, ia harus ikut perintah atasan merazia becak di kawasan Roxi, Jakarta Barat, siang itu.

Sebagai pegawai rendahan bergaji Rp 15 ribu per hari, ia tak punya hak menolak tugas. Dan pada detik yang tak disangka-sangka itu, pria ini ambruk dengan kepala me-ngucurkan darah. Kisah Madsani adalah ironi dalam balada…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

H
Habibie Tak Layak Dicalonkan
1999-03-15

Publik melihat kasus rekaman telepon habibie-ghalib sebagai skandal politik. mereka menuntut pertanggungjawaban habibie dan menolak…

R
REFERENDUM UNTUK TIMOR LESTE
1999-02-15

Mayoritas responden keberatan melepas tim-tim. referendum sebagai jalan keluar. keberhasilan indoktrinisasi orde baru?

A
Antara Perkosaan dan Pelecehan Seksual
1998-10-03

Sebagian besar responden percaya perkosaan massal terjadi pada bulan mei lalu di jakarta. menunrt mereka…