Kian Berat Di Bawah Abdurrahman Wahid
Edisi: 43/29 / Tanggal : 2001-01-07 / Halaman : 12 / Rubrik : MON / Penulis : Wicaksono , ,
HARI demi hari berlalu secepat angin. Tanpa terasa, setahun lebih sudah Presiden Abdurrahman Wahid dan kabinetnya memerintah Indonesia pada akhir Desember ini. Banyak peristiwa, baik pahit maupun manis, terjadi. Dalam tempo lebih dari 365 hari, Abdurrahman dan para pembantunya harus menangani sekian banyak hal sekaligus, dari soal ekonomi-seperti restrukturisasi perbankan dan utang luar negeri-sampai masalah pengungsi, dari tuntutan merdeka di Aceh hingga Papua, dari kasus Buloggate sampai kaburnya Tommy Soeharto.
Belum semuanya tuntas tertangani karena kompleksnya permasalahan. Di sektor ekonomi, umpamanya, terlihat benar bagaimana sulitnya tangan pemerintah mengurai ruwetnya utang-utang swasta. Restrukturisasi perbankan juga belum memperlihatkan kemajuan berarti. Bank-bank, terutama swasta, belum berperan sebagaimana seharusnya. Mereka masih susah menyalurkan kredit.
Selain itu, krisis moneter masih menghantui. Harga dolar tetap mahal. Hingga saat ini, mata uang Amerika itu masih bertengger di atas angka Rp 9.000. Meskipun krisis moneter ini bukan melulu dipengaruhi aspek ekonomi, yang jelas, efeknya ke mana-mana. Daya beli masyarakat kebanyakan, misalnya, belum juga setara dengan sebelum krisis. Laju inflasi bahkan sudah mencapai 7,26 persen, lebih tinggi dari target pemerintah yang cuma 5-7 persen.
Padahal, beberapa indikator perekonomian sejatinya cukup menggembirakan. Ekspor Indonesia, misalnya, membaik. Sejak Januari hingga Oktober 2000, nilainya mencapai US$ 60 miliar-tertinggi sepanjang sejarah. Bahkan, menurut bekas Deputi Gubernur Bank Indonesia, Miranda S. Goeltom, pada triwulan III/2000, perekonomian Indonesia yang diukur dengan produk domestik bruto (PDB) justru tumbuh sebesar 5,12 persen. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode yang…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Habibie Tak Layak Dicalonkan
1999-03-15Publik melihat kasus rekaman telepon habibie-ghalib sebagai skandal politik. mereka menuntut pertanggungjawaban habibie dan menolak…
REFERENDUM UNTUK TIMOR LESTE
1999-02-15Mayoritas responden keberatan melepas tim-tim. referendum sebagai jalan keluar. keberhasilan indoktrinisasi orde baru?
Antara Perkosaan dan Pelecehan Seksual
1998-10-03Sebagian besar responden percaya perkosaan massal terjadi pada bulan mei lalu di jakarta. menunrt mereka…