Evaluasi Kondisi Moneter 2000 Dan Tinjauan 2001
Edisi: 43/29 / Tanggal : 2001-01-07 / Halaman : 102 / Rubrik : EB / Penulis : Goeltom, Miranda S. , ,
ADA yang menyatakan, sepanjang tahun 2000 proses pemulihan ekonomi Indonesia memprihatinkan. Ada pula yang berkomentar, pada tahun 2000, kesempatan meletakkan landasan pemulihan ekonomi telah disia-siakan. Pendapat itu tidak seluruhnya salah, tapi tak pula seluruhnya benar. Kondisi ekonomi memang memprihatinkan dibandingkan dengan kondisi ekonomi sebelum krisis. Kenyataannya, proses pemulihan ekonomi terus berlanjut, kendati laju pemulihan dan hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Dan sejalan dengan proses tersebut, berbagai faktor domestik dan eksternal-memberikan tekanan yang cukup kuat pada inflasi dan nilai tukar. Dengan memfokuskan kebijakan pada upaya menstabilkan nilai rupiah, kebijakan moneter pada tahun 2000 cenderung ketat. Sampai akhir November 2000, suku bunga lelang SBI tercatat 14,15 persen, dibandingkan dengan 11,48 persen pada bulan Januari.
Di luar kejatuhan nilai tukar rupiah dan kenaikan inflasi, ada beberapa hal yang menggembirakan. Pada triwulan III 2000, perekonomian Indonesia yang diukur dengan PDB tumbuh 5,12 persen, jauh lebih tinggi daripada pertumbuhan pada periode yang sama tahun lalu (1,18 persen). Dengan tingkat pertumbuhan sebesar itu, dalam tiga triwulan pertama 2000, perekonomian Indonesia tumbuh 4,54 persen atau 4,66 persen rata-rata per tahun (annlualized growth). Secara triwulanan, PDB pada triwulan III tumbuh 1,97 persen, lebih tinggi dari pertumbuhan pada triwulan II sebesar 0,34 persen.
Pertumbuhan PDB
Dari sisi permintaan, pertumbuhan tertinggi pada triwulan III masih disumbang oleh pengeluaran ekspor, diikuti oleh pengeluaran konsumsi dan investasi secara berurutan. Ekspor tumbuh 16,53 persen, sedangkan impor juga meningkat 12,9 persen, sehingga net export mencatat pertumbuhan 33,7 persen. Meningkatnya pengeluaran konsumsi berasal baik dari konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah, masing-masing tumbuh 2,80 persen dan 13,64 persen. Beberapa indikator lain juga ikut mendukung. Konsumsi semen sampai Oktober 2000 cenderung terus meningkat. Hasil Survei Penjualan Eceran oleh Bank Indonesia memberikan gambaran yang mendukung, terlihat dari adanya peningkatan pada indeks total penjualan eceran.
Pengeluaran investasi mencatat pertumbuhan 13,68 persen. Pada indikator lain, peningkatan indeks produksi disertai oleh penurunan kapasitas terpakai, sehingga secara implisit dapat dikatakan terjadi penambahan kapasitas terpasang melalui investasi baru. Data dari BPS juga menunjukkan adanya peningkatan impor barang modal yaitu 39,3 persen (Januari-September 2000), dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Dari sisi penawaran, pertumbuhan terbesar disumbang oleh sektor industri pengolahan, diikuti oleh sektor pertanian. perdagangan, dan pengangkutan. Sektor industri pengolahan, meski mencatat pertumbuhan terendah selama tiga triwulan 2000, yaitu 4,34 persen, mengingat besarnya pangsa sektor ini dalam pembentukan PDB, tetap saja ia menjadi…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
SIDANG EDDY TANSIL: PENGAKUAN PARA SAKSI ; Peran Pengadilan
1994-05-14Eddy tansil pembobol rp 1,7 triliun uang bapindo diadili di pengadilan jakarta pusat. materi pra-peradilan,…
Seumur Hidup buat Eddy Tansil?
1994-05-14Eddy tansil, tersangka utama korupsi di bapindo, diadili di pengadilan negeri pusat. ia bakal dituntut…
Sumarlin, Imposibilitas
1994-05-14Sumarlin, ketua bpk, bakal tak dihadirkan dalam persidangan eddy tansil. tapi, ia diminta menjadi saksi…