Kenneth Conboy: "Peristiwa ini Adalah Operasi Paramiliter yang Tak Berhasil"

Edisi: 38/29 / Tanggal : 2000-11-26 / Halaman : 77 / Rubrik : IQR / Penulis : , ,


SETIAP kali ia menjejakkan tanah ke negeri asing, ia membaca jejak sejarah. Dan jejak sejarah itu kemudian ditorehkan melalui 10 buah buku, yang dengan gaya jurnalistik mengisahkan sekelumit drama sejarah di tempat ia ditugasi. Feet to the Fire, CIA Covert Operation in Indonesia, 1957-1958 adalah buku karya Kenneth Conboy dan (alm.) James Morrison tentang keterlibatan CIA dalam gerakan PRRI di Sumatra dan Permesta di Sulawesi. Dengan gaya yang renyah dan seru, bak novel-novel detektif, kita juga akan membaca bagaimana CIA gagal dan langsung kabur setelah salah satu pilotnya ditangkap oleh militer Indonesia. Karena begitu malunya, operasi CIA itu langsung dihentikan begitu saja dan meninggalkan para pejuang PRRI dan Permesta bertahan sendirian. Dalam buku ini pula, Conboy dan Morrison menggambarkan bagaimana CIA dan Kedutaan Besar AS di Jakarta tidak berkomunikasi dengan baik sehingga Asisten Atase Angkatan Darat Kedubes AS, George Benson, memberikan peta kepada Jenderal A. Yani untuk menghantam gerakan yang dianggap sebagai pemberontakan. Padahal, di dalam kelompok pemberontak itu terdapat orang-orang CIA.

Meski tidak berpretensi sebagai seorang sejarawan, Conboy, yang kini menetap di Jakarta dan bekerja di sebuah perusahaan asing di kawasan Jenderal Sudirman, adalah alumni Georgetown University School of Foreign Service di Washington, DC. Berikutnya, Conboy melanjutkan pendidikan untuk gelar master di John Hopkins School of Advanced International School. Setelah bekerja di The Heritage Foundation, Asian Studies Center, di Washington, DC, Conboy memutuskan untuk berkecimpung di dunia ekonomi dan bisnis, yang menyebabkannya berkesempatan berkeliling ke Vietnam, Kamboja, dan Laos. Mungkin karena pengalamannya menulis makalah dan riset untuk Kongres AS tentang kebijakan keamanan AS di Asia Tenggara itu, minatnya pada sejarah politik di Asia itulah yang kemudian tertuang melalui artikel-artikelnya yang kemudian diterbitkan di berbagai harian prestisius, seperti The Asian Wall Street Journal, Wall Street Journal, dan The Washington Times.

Apa yang didapat dari penulisan 10 buah bukunya ini? "Anda tahu bahwa proyek pembuatan buku tidak menguntungkan," kata Conboy. Begitu banyak dana pribadi yang harus ia keluarkan untuk terbang ke Taiwan, Filipina, juga AS, untuk melakukan wawancara dengan para pelaku dalam…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

D
Dan Sang Guru Berkata...
2004-04-18

Novel filsafat sophie's world menjadi sebuah jendela bagi dunia untuk melihat dunia imajinasi dan edukasi…

E
Enigma dalam Keluarga Glass
2010-04-11

Sesungguhnya, rangkaian cerita tentang keluarga glass adalah karya j.d. salinger yang paling superior.

T
Tapol 007: Cerita tentang Seorang Kawan
2006-05-14

Pramoedya ananta toer pergi di usia 81 tahun. kita sering mendengar hidupnya yang seperti epos.…