Aryeh Neier: "Penjahat Perang Tak Boleh Dilupakan demi Keadilan"

Edisi: 34/29 / Tanggal : 2000-10-29 / Halaman : 76 / Rubrik : IQR / Penulis : , ,


DI atas peta, Kroasia tampak seperti sebuah sepatu kuda...." Demikian tulis Aryeh Neier dalam buku War Crimes. Inilah sebuah studi mendalam yang dilakukan oleh seorang aktivis hak asasi manusia-yang di masa lalu pernah menjadi korban Nazi-yang kini memimpin Yayasan Soros. Dengan mengadakan penelitian tentang pelanggaran hak asasi manusia di 40 negara di dunia, tak mengherankan jika bukunya ini seperti sekaligus mendukung ucapan Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan tentang abad ini. Abad ke-20 memang abad yang mengerikan. Tidak hanya karena perang-perang tak berkesudahan yang berkecamuk, tapi juga karena kejahatan perang yang sekaligus terjadi di dalamnya.

Berikut ini wawancara wartawan TEMPO Bambang Harymurti, I G.G. Maha Adi, dan Seno Joko Suyono dengan Aryeh Neier pada saat kunjungannya beberapa waktu silam di Jakarta. Sebagian pertanyaan diajukan melalui surat elektronik.

Apa sebetulnya garis besar ide yang hendak Anda sampaikan dalam buku War Crimes?

Lewat buku itu, saya ingin mengatakan bahwa kejahatan perang itu dilakukan baik oleh pemerintah maupun oleh pasukan penentangnya, seperti pasukan gerilya atau jenis lainnya. Dalam hampir semua kasus kejahatan perang, sulit sekali meminta pertanggungjawaban atau menangkap mereka yang melakukan kejahatan tersebut. Ketika orang-orang biasa yang melakukan kejahatan pemerkosaan atau pembunuhan, mudah saja mencari orangnya, menangkap, dan memenjarakannya. Tapi, ketika itu dilakukan pemerintah, andai pun mereka melakukan ribuan pemerkosaan dan pembunuhan, biasanya tak ada yang dihukum, bahkan dianggap seperti tak terjadi apa-apa. Salah satu alasan kenapa seperti tidak terjadi apa-apa tadi, misalnya, biarpun para pelaku sudah tidak lagi berkuasa, di banyak negara, mereka masih punya kemampuan membuat negara menjadi tidak stabil. Keadaan ini tentu saja menyulitkan pemerintah yang demokratis untuk sukses. Saya rasa memang selalu sulit untuk betul-betul menegakkan keadilan bagi para penjahat perang pemerintah. Ada banyak sekali cara yang dipakai untuk memperlakukan penjahat perang, antara lain diadili di pengadilan nasional, atau internasional, tapi kadang-kadang bisa juga melalui komisi kebenaran, atau para penjahat perang itu bersaksi kepada publik mengenai kejahatannya.

Satu hal yang pasti, para penjahat perang itu tak boleh dilupakan demi keadilan untuk para korban dan keluarganya. Para pelaku bahkan setelah beberapa generasi tahu bahwa setiap…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

D
Dan Sang Guru Berkata...
2004-04-18

Novel filsafat sophie's world menjadi sebuah jendela bagi dunia untuk melihat dunia imajinasi dan edukasi…

E
Enigma dalam Keluarga Glass
2010-04-11

Sesungguhnya, rangkaian cerita tentang keluarga glass adalah karya j.d. salinger yang paling superior.

T
Tapol 007: Cerita tentang Seorang Kawan
2006-05-14

Pramoedya ananta toer pergi di usia 81 tahun. kita sering mendengar hidupnya yang seperti epos.…