Tommy Soeharto, Militer, atau Siluman?

Edisi: 29/29 / Tanggal : 2000-09-24 / Halaman : 20 / Rubrik : NAS / Penulis : P., Johan Budi S., ,


PRESIDEN Abdurrahman Wahid bertindak cepat dan tegas. Hanya dua hari setelah ledakan besar di Gedung Bursa Efek Jakarta, dia memerintahkan polisi menangkap dua orang otak peledakan: Hutomo Mandala Putra, putra mantan presiden Soeharto, dan Habib Ali Baagil, seorang ulama yang dekat dengan Front Pembela Islam (FPI).

Gotcha! Para pengecut yang membantai warga masyarakat tak berdosa telah diketahui identitasnya. Para pemasang bom yang berkali-kali membuat kalut warga kota telah ditangkap dan segera diseret ke mahkamah. Jakarta akan kembali aman. Orang-orang bisa kembali berangkat kerja tanpa harus risau pulang ke rumah menjadi mayat dalam keranda.

Tapi, jangan senang dulu. Bukan sekali ini Presiden Abdurrahman melontarkan tuduhan. Dan sering dia asal tuduh. Bahkan sering pula tuduhan itu dikoreksinya sendiri di belakang hari.

Yang pasti, perintah Presiden itu telah membuat kesulitan tersendiri bagi aparat kepolisian. "Penyidikan di lapangan saja belum selesai, bagaimana kami bisa menangkap Tommy?" kata seorang perwira menengah Polda Metro Jaya kepada TEMPO. Meski begitu, polisi telah memanggil kedua tokoh seperti diperintahkan. Dan keduanya juga datang memenuhi undangan.

Baik Tommy maupun Habib Ali tak hanya membantah. Bahkan meradang. "Saya memberi waktu tiga hari kepada Gus Dur untuk minta maaf secara terbuka," kata Habib Ali. "Jika tidak, saya siap menuntutnya secara hukum." Tuntutan permintaan maaf secara terbuka itu tetap berlaku meski Presiden secara diam-diam telah mengutus seorang ajudan datang kepada Habib Ali untuk minta maaf. "Lewat si ajudan, Gus Dur mengaku telah keliru menyebut nama saya," kata Habib Ali.

Tommy Soeharto hanya sedikit berkomentar. "Saya sangat kecewa dengan pernyataan Gus Dur," katanya Sabtu pekan lalu, sesaat setelah menghadap Kapolda Metro Jaya, Inspektur Jenderal Nurfaizi.

Walhasil, jangan senang dulu, para pembunuh dan pengecut itu-untuk sementara-belum bisa diidentifikasi. Apalagi ditangkap. Bom-bom maut lainnya bukan tak…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?