Merpati Kecil Menjembatani Masa

Edisi: 23/29 / Tanggal : 2000-08-13 / Halaman : 65 / Rubrik : SEL / Penulis : , ,

Sejarah Indonesia dan Australia berpaut dalam Duyfken--kapal layar kecil Belanda buatan 400 tahun silam. Kapal itu menemukan Benua Australia seabad sebelum James Cook, dan "berjasa"--tergantung pada sudut pandanganya--menancapkan kuku penjajahan Belanda atas Indonesia.

Pekan-pekan ini, The Duyfken 2000, replika kapal tadi, melakukan perjalanan nostagia, antara lain dengan mengunjungi Banda di Maluku--kepulauan tempat rempah-rempah belum berhenti menjadi picu sengketa berdarah, bahkan empat abad sesudahnya.

Berikut ini penuturan Iwan Setiawan wartawan TEMPO yang berkesempatan menjadi awak kapal itu selama lima hari, dan ditulis kembali oleh Bina Bektiati.

***

"Pohon pala mirip pohon buah pir yang tumbuh di Eropa. Ketika bunganya mekar, bau harum semerbak memenuhi udara di sekitarnya. Pada saat itu, burung-burung berdatangan karena tertarik bau manis bunganya."

Itulah petikan catatan harian seorang awak kapal Portugal yang pada awal abad ke-16 melintasi Tanjungharapan menuju Lautan Pasifik dan menemukan Kepulauan Banda. Kekaguman pada keindahan tumbuhan pala memenuhi lembaran catatan perjalanannya. Dia menyebut Banda-tempat rempah-rempah tumbuh-sebagai "kepulauan buah surga".

Setelah menaklukkan Malaka (1511), Alfonso de Albuquerque mengirim tiga kapal Portugal untuk membuktikan kebenaran cerita tadi. Dalam ekspedisi itu, kapal Portugal yang dipimpin Antonio de Abreu dan Ferdinand Magellan secara tak sengaja menabrak kapal karam di perairan Banda. Mereka terdampar. Penduduk setempat dengan ramah menolong mereka dan menjual buah pala dengan sangat murah.

Dari situlah semua bermula. Rempah-rempah yang semula harus didapat bangsa…

Keywords: -

---

Foto Terkait