Janji-Janji dari Nigeria

Edisi: 02/24 / Tanggal : 1994-03-12 / Halaman : 43 / Rubrik : SEL / Penulis : LPS


Hati-hati. Belakangan ini muncul surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang puluhan miliar rupiah dari Nigeria. Itu hanya awal dari langkah penipuan yang terorganisasi, yang sudah menyebar ke banyak negara. Setelah sukses mengelabui orang di Amerika, Eropa, dan Hong Kong, mereka mulai masuk ke Indonesia. Beberapa pengusaha Indonesia sudah tertipu. Dan banyak korban yang mendiamkan kasus penipuan itu karena malu. TEMPO mencoba memaparkannya. SEBAGAI perusahaan penyuplai kecil di Lhokseumawe, Aceh, CV Rosan & Co. Ltd. tentu tak perlu langsung ke Jerman hanya sekadar mencari mitra impor peralatan pengamanan kebakaran, mesin las, ataupun produk-produk kimia. Direkturnya, Basir Ahmad, memilih memasang iklan kecil di sebuah majalah bisnis Jerman, Export Channel, bulan Desember 1991. Dalam iklan tersebut, Basir menyebutkan keperluannya lengkap dengan alamat, telepon, faksimile, dan teleks CV Rosan.

Basir memang menerima beberapa surat dari Jerman yang membicarakan pengadaan alat-alat yang ia butuhkan. Namun, pada bulan Maret 1992, ia agak kaget menerima surat dari Lagos, Nigeria, yang dikirim oleh orang bernama Dr. N.N. Dozie. Lebih kaget lagi, Dozie, yang katanya mendapat alamat CV Rosan dari majalah Export Channel, minta tolong agar Basir mau menerima transfer uang US$ 30,5 juta atau sekitar Rp 61 miliar dari Nigeria. Jika Basir bersedia, ia akan mendapat 45% atau Rp 28 miliar.

Dozie tak lupa mencantumkan syarat-syarat yang diperlukan agar Basir bisa memperoleh uang lelah Rp 28 miliar. Syarat yang sangat sederhana: cukup mengirimkan empat helai kepala surat CV Rosan, empat lembar contoh faktur CV Rosan, nomor rekening bank yang siap menerima transfer dari Nigeria, serta nama, telepon, dan teleks bank penerima tersebut. Ibaratnya, hanya dengan goyang kaki, rezeki miliaran rupiah bakal masuk kantong Basir.

Rezeki itu, tulis Dozie, bersumber dari kontrak Nigerian Telecommunication Limited (Nitel) dengan sebuah perusahaan Swedia tahun 1983 untuk pengadaan dan instalasi telekomunikasi di Nigeria. Nilai kontrak seluruhnya mencapai US$ 135 juta, dan US$ 104,5 juta sudah sempat dibayar. Namun, tahun 1985 terjadi kudeta militer di Nigeria, yang menyebabkan sisa pembayaran tertunda, sementara perusahaan Swedia, yang menurut Dozie ketakutan, segera meninggalkan Nigeria tanpa mau tahu sisa pembayaran. Enam bulan kemudian, pemerintah Nigeria memutuskan untuk menyelesaikan semua sisa kontrak yang belum sempat dibayar.

Masalahnya, tak ada perusahaan yang siap menerima sisa pembayaran, sementara anggaran untuk itu sudah tersedia. Maka, Dozie -- atas permintaan pejabat tinggi Nitel, departemen keuangan Nigeria, serta bank sentral Nigeria -- diberi tugas mencari pengusaha di luar negeri yang siap menerima transfer sisa pembayaran. Entah apa alasannya, Dozie memilih CV Rosan yang berada di Lhokseumawe.

Basir cukup semangat dengan tawaran itu -- dan sekaligus curiga. "Apa memang benar? Kalau hanya soal rekening, kan bisa salah satu dari mereka pergi ke Singapura atau Jakarta dan membuka rekening. Apa susahnya membuka rekening?" ujarnya.

Tapi Basir rupanya ingin tahu juga. Ia balas surat Dozie dan minta contoh faktur yang mereka butuhkan.

Tanggal 10 Juni 1992 Basir menerima balasan dari Dozie, lengkap dengan contoh faktur yang harus dibuat CV Rosan. Faktur itu, sesuai dengan petunjuk Dozie, ditujukan kepada The General Manager Projects & Engineering Division, Nigerian Telecommunications Ltd., yang beralamat di 3/5 Tafawa Balewa Square, Lagos. Dalam contoh faktur dengan jelas disebut rincian dari tagihan US$ 30,5 juta, yaitu pengadaan 700.000 telepon sebesar US$ 12,2 juta, 500.000 peralatan monitor (US$ 14,33 juta), instalasi peralatan tersebut (US$ 3 juta), dan uang komisi yang mencapai US$ 1 juta. Datangnya faktur membuat kecurigaan Basir makin besar. Bagi Basir, jelas ada keanehan jika sebuah kontrak instalasi telepon di Nigeria yang nilainya puluhan miliar rupiah hanya diselesaikan lewat surat-menyurat. Ia bukannya tak ingin menyabet kesempatan emas itu -- kalau pun memang benar-benar ada -- namun merasa perlu mendapat kepastian. Maka, ia tulis surat ke Menteri Koordinator Politik dan Keamanan untuk minta petunjuk. "Saya kira ini masalah hubungan dengan keamanan luar negeri, jadi saya kirim surat ke Menko Polkam," tuturnya.

Dari Kantor Menko Polkam, Basir mendapat petunjuk agar ia lebih dahulu mendapatkan data-data yang autentik tentang Dozie.

"Kalau memang belum diperoleh data yang autentik dan meragukan, sebaiknya tidak perlu diteruskan," tulis surat dari Kantor Menko Polkam. Basir tak ambil risiko dan ia lupakan tawaran Rp 28 miliar dari Dozie, karena memang sama sekali tidak tahu siapa itu Dozie.

Ternyata Dr. N.N. Dozie tidak menyerah. "Ia menelepon saya beberapa kali dan berusaha meyakinkan bahwa tawarannya memang benar-benar ada. Ia bilang, ini kesempatan satu kali saja seumur hidup Anda." Ngototnya Dozie malah membuat Basir yakin bahwa tawaran dari Nigeria itu hanya bohong-bohongan. Apalagi Dozie sampai mengundang Basir berkunjung ke Nigeria. "Saya tolak, siapa tahu di Nigeria saya malah ditangkap dan mereka minta uang tebusan ke kantor," kata Basir. Sejak itu tak ada lagi kabar dari Dozie.

Tapi, godaan dari Nigeria tak selesai. Bulan Juni 1992 muncul lagi surat dari seorang yang bernama Alhaji Ibrahim Mohammed.

Kali ini Mohammed, yang juga mengaku tahu alamat CV Rosan dari majalah Export Channel, menawarkan komisi Rp 9 miliar jika bersedia menerima transfer US$ 18 juta atau sekitar Rp 36 miliar.

Ceritanya hampir sama dengan versi Dozie. Sebagai…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

Z
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14

Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…

J
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12

Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…

N
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12

Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…