Komunisme Masih Menakutkan

Edisi: 30/28 / Tanggal : 1999-10-03 / Halaman : 42 / Rubrik : SEL / Penulis : Wicaksono, ,

Dalam perspektif inilah, tak perlu heran bila masyarakat tidak memahami secara utuh dan komprehensif mengenai salah satu peristiwa terbesar dalam lembaran hitam perjalanan bangsa Indonesia, yakni Gerakan 30 September 1965 (selanjutnya disebut G30S). Publik tidak yakin benar, apa gerangan yang sesungguhnya terjadi pada malam itu, dan hari-hari berikutnya. Apakah peristiwa itu sebuah upaya pemberontakan PKI, kup dewan jenderal, pendongkelan Presiden Sukarno, atau apa?

Orang di luar Jakarta, umpamanya. Waktu itu masyarakat sempat bingung mendengar adanya aksi penculikan dan pembunuhan para jenderal. RRI, satu-satunya sumber berita tentang perkembangan situasi republik ini, tidak cukup komprehensif menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi dan dalam konteks apa. Media cetak pun tentu belum sebanyak dan sebebas sekarang.

Bertahun-tahun setelah peristiwa itu reda, situasinya tak jauh berbeda. Selama lebih dari tiga dasawarsa Orde Baru berkuasa-orde yang lahir sebagai akibat tak langsung insiden itu-informasi tentang peristiwa itu tetap berada dalam genggaman mereka. Itu berarti juga, kebenaran tersimpan rapi di laci-laci tersembunyi mereka.

Alhasil, publik tidak mendapat cukup banyak alternatif informasi. Simak saja hasil jajak pendapat yang menunjukkan sebagian besar responden menunjuk film G 30S/PKI yang disutradarai Arifin C. Noer sebagai sumber rujukan utama tentang peristiwa pada pertengahan 1960-an itu. Padahal, film juga adalah sebuah tafsir. Penulis naskah, juga sutradara, tentu punya kendala besar untuk menampilkan seluruh realitas tanpa bias.

Informasi lain seperti risalah, makalah, hasil riset, atau buku, yang dapat dijadikan pembanding, hampir-hampir mustahil ditemukan dan diajarkan di sekolah-sekolah. Akibatnya, terutama bagi generasi yang lahir pada 1960-an,…

Keywords: -

---

Foto Terkait