Mohammad Basri: "kami Ini Hanya Kerbau"

Edisi: 51/35 / Tanggal : 2007-02-18 / Halaman : 30 / Rubrik : NAS / Penulis : Zulkifli, Arif, Setyarso, Budi, Rulianto, Agung


SULIT membayangkan merekalah pelaku serangkaian pembunuhan berencana itu—mutilasi siswa SMA, penembakan pendeta Susanti, dan penebar bom di Pasar Tentena, Poso, Sulawesi Tengah. Empat orang berperawakan kecil duduk di sisi meja. Yang lain, Mohammad Basri alias Bagong, 30 tahun, duduk di depannya. Ketika fotografer Tempo berniat mengambil gambar Basri, yang empat meledek, ”Bagai Armand Maulana, vokalis band Gigi.” Tak mau kalah, Basri melempar guyon, ”Kalian bintang film Flora Fauna.”

Belum berbilang tahun kelimanya melumuri tangan mereka dengan darah. Basri adalah tersangka pelaku 17 kejahatan di Poso dan Wiwin eksekutor yang menebas tiga kepala siswi SMA Palu menjelang Lebaran 2005. Amril Ngiode alias Aat, 27 tahun, adalah orang yang meletakkan bom di Pasar Tentena pada tahun yang sama. Tugiran, seusia Aat, adalah pelaku perampokan Rp 500 juta uang pemerintah Poso.

Awalnya adalah konflik antaragama di Poso yang memuncak pada 2000–2001. Mereka adalah anak-anak muda kelompok muslim yang berperang melawan kelompok Kristen Poso. Ketika perundingan Malino meredakan kemarahan itu pada Desember 2001, mereka tak lantas menggantung bedil. Dibakar dendam dan doktrin agama yang keliru, kelompok tetap angkat senjata. Sampai akhirnya pemerintah menetapkan lima orang itu sebagai bagian dari 29 orang buron Poso.

Sebagian dari mereka mati dan menyerah, yang lainnya, termasuk Basri, dicokok polisi. Sebentar ditahan di Palu, ibu kota Sulawesi Tengah, mereka dilarikan ke Jakarta di bawah pengawalan Detasemen 88 Antiteror yang memang ditugasi khusus menangkap mereka.

Kamis lalu, di sebuah tempat yang dirahasiakan, polisi mempertemukan wartawan Tempo, Arif Zulkifli, Budi Setyarso, dan Agung Rulianto, dengan kelimanya. Tak sedikit pun muncul kesan stres di wajah mereka. Di akhir wawancara, kepada seorang polisi, Basri bahkan minta diantar cukur rambut. Aparat memang berharap banyak kepada mereka. Dari mulut anak-anak muda itu diharapkan terungkap jaringan Poso yang lainnya.

Hampir dua jam Tempo mewawancarai Basri, tokoh sentral dalam kelompok itu. Pria bertato itu sebelum kerusuhan adalah gitaris Seledri Rock Band, kelompok musik yang selalu jadi juara lomba band di Poso. ”Vokalisnya Gerry, orang Nasrani. Woi, suaranya mantap,” kata Basri mengenang. Sambil sesekali menggaruk-garuk bekas luka tembak di pinggang kirinya, bapak dua anak itu menjawab semua pertanyaan dengan rileks. Sesekali dia menggoda, ”Ayo mau tanya apa lagi?…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?