Letjen Tni Djaja Suparman: "isu Kudeta Militer Selalu Diembuskan"
Edisi: 44/28 / Tanggal : 2000-01-09 / Halaman : 28 / Rubrik : NAS / Penulis : , ,
MILITER merancang kudeta? Inilah kabar yang memenuhi Jakarta, belakangan ini. Desas- desus yang kini sudah menjadi diskusi di banyak tempat itu menyebut sejumlah perwira gerah melihat sikap lembek pemerintah terhadap berbagai gerakan separatisme dan membiarkan tubuh militer diobok-obok. Bekas Kepala Staf Angkatan Darat, Jenderal (purn.) TNI Rudini, juga melempar sinyalemen seperti itu.
Buntutnya, para petinggi Markas Besar TNI sampai perlu menegaskan kesetiaannya pada Istana. Ikrar diangkat langsung Panglima TNI Laksamana Widodo A.S. ketika Gus Dur dan Megawati berbuka puasa bersama pimpinan TNI di Balai Sudirman. Jakarta, Selasa pekan lalu. Dua hari setelah itu, di depan upacara ulang tahun Kodam Jaya, giliran Pangdam Jaya Mayjen TNI Ryamizard Ryacudu yang menyatakannya. Selepas magrib sehari sebelumnya, kabarnya Menko Polkam Jenderal Wiranto juga bersumpah setia saat menghadap Presiden Wahid di Istana.
Siapa lempar "bola"? Banyak orang menoleh ke arah Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) Letjen TNI Djaja Suparman. Maklum, ketika menyambangi Brigade Infanteri VI Palur, Solo, 14 Desember lalu, Djaja melempar statemen keras. "Pemanggilan sejumlah jenderal TNI ke Dewan Perwakilan Rakyat dan Komisi Penyelidikan Pelanggaran Hak Asasi Manusia (KPP) Timor Timur akan membuat prajurit sakit hati dan bersikap membabi buta," kata lulusan Akademi Militer 1972 kelahiran Sukabumi, 11 Desember 1949, itu.
Benarkah? Terkaitkah pernyataan itu dengan isu pengambilalihan kekuasaan?
"Tidak ada kaitannya," kata mantan Pangdam Jaya (1998) dan V/Brawijaya (1997) ini sambil terbahak kepada Karaniya Dharmasaputra dan Arif A. Kuswardono dari TEMPO, yang menemuinya Jumat pekan lalu di Jakarta. Berikut petikan wawancara itu.
Apa sebenarnya maksud pernyataan Anda bahwa pemanggilan para jenderal oleh KPP membuat prajurit sakit hati dan bisa bersikap membabi buta?
Yang membuat polemik itu kan media (tertawa). Semua ditanyai pendapatnya, akhirnya keluar dari substansi masalah. Cerita lengkapnya begini. Waktu itu saya berdialog…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?