Hidup Pdi Perjuangan, Hidup Amien Rais
Edisi: 12/28 / Tanggal : 1999-05-30 / Halaman : 18 / Rubrik : NAS / Penulis : Zulkiflli, Arif , ,
POLITIK, kata orang, tidak selamanya bisa rasional. Logika sebab-akibat atau silogisme yang dicorat-coret di kertas bisa saja buyar ketika diuji di lapangan. Politikus punya analisis, tapi rakyatlah yang menentukan. Meski tidak persis benar, kenyataan itulah yang terungkap dari jajak pendapat TEMPO yang dilakukan terhadap 931 orang di 19 provinsi akhir bulan lalu.
Sebagian besar responden yang ditanyai TEMPO menyatakan akan memilih PDI Perjuangan dalam pemilihan umum 7 Juni mendatang. Tapi, dalam hal calon presiden, mereka lebih cenderung memilih Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais, dan bukannya menunjuk Megawati Soekarnoputri, figur sentral di partai itu. Tidak konsisten? Mungkin ya. Tapi itulah politik.
Dalam jajaran partai pilihan, Banteng Megawati memang bertengger paling atas. Ia dipilih hampir seperempat responden. Di bawahnya berjajar PAN, Golkar, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Keadilan (PK), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Di bawah itu masih ada 42 partai lain dalam persentase yang kecil. Untuk calon presiden pilihan, Amien Raislah yang paling unggul. Di bawahnya berturut-turut adalah Megawati, Sri Sultan Hamengku Buwono X, Habibie, dan Nurcholish Madjid.
Potensi unggulnya PDI Perjuangan memang sulit dimungkiri. Partai ini muncul sebagai buah dari represi politik Orde Baru yang keliru-sebuah gerakan arus bawah yang dibendung, tapi ketika dam pembatas bernama rezim Soeharto itu jebol, kekuatannya meruap ke mana-mana. Tengoklah hari pertama kampanye, Rabu pekan lalu. Ibu Kota dibuat "banjir darah" oleh merahnya massa pendukung Megawati. Posko Perjuangan yang dibangun masyarakat tiap puluhan meter adalah petunjuk lain besarnya dukungan itu.
Tapi kenapa Amien justru unggul untuk calon presiden? Sebagai pribadi, Amien, bagaimanapun, punya "rekening politik" yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan Mega. Ia tokoh reformasi yang memimpin massa menjelang jatuhnya Soeharto tahun lalu. Ia bukan bagian dari rezim lama. Ia belum terbukti punya jejak buruk menyangkut praktek korupsi dan kolusi. Mega? Ia dinilai punya beberapa kelemahan menyangkut kapasitas pribadinya, terutama jika harus diuji di depan publik. Dalam beberapa kali debat calon presiden, Mega selalu menolak dengan dalih hal itu tak sesuai dengan adat ketimuran.
Relatif lemahnya dukungan terhadap pencalonan Megawati ini semakin kentara jika pertanyaan tentang pilihan partai politik dikawinkan dengan pertanyaan tentang presiden yang dikehendaki. Data yang muncul menunjukkan bahwa pendukung PAN yang memilih Amien Rais sebagai calon presiden jauh lebih banyak ketimbang pendukung PDI Perjuangan yang memilih Mega. Bahkan, nama Amien muncul sebagai alternatif calon presiden ketiga…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?