Makan Sampah Di Hadapan Proklamator
Edisi: 01/27 / Tanggal : 1998-10-12 / Halaman : 22 / Rubrik : NAS / Penulis : Dharmasaputra, Karaniya , ,
PAGI itu, Kamis lalu, lapangan Gedung Proklamasi, Jakarta, belum lagi kering. Hujan baru saja berhenti. Langit masih mendung. Di depan patung hitam Proklamator Soekarno-Hatta, seorang lelaki tampak terseok-seok menjinjing dua kantong plastik besar berwarna hitam. Ia pun berjongkok dan menumpahkan isinya. Keluarlah berbagai macam sampah, kertas tisu kekuningan, kotak plastik bekas, dan makanan sisa.
Beberapa detik kemudian, enam lelaki lain datang menghampiri. Cirinya sama. Baju lusuh dengan beberapa lubang koyak dan besi kait di tangan. Mereka pemulung ibu kota. Salah seorang, namanya Ahmad, 30 tahun, mengais-ngais tumpukan sampah itu. Tiba-tiba tangannya menemukan sepotong roti sisa. Mukanya langsung berseri-seri. Roti di tangan kiri itu ia amati bolak-balik. Dengan tangan kanan, ia kibaskan pasir dan kotoran yang menempel bercampur cokelat meses. Dan setelah ia cium-cium, langsung dilahapnya roti itu dengan bernafsu.
Setelah itu, matanya melihat kerupuk sisa sebesar bungkus rokok, menyembul di antara tisu bekas. Kerupuk sisa itu pun digigitnya, tapi langsung ia lempar. Pasti karena sudah melempem. Perhatiannya sekarang beralih pada kotak plastik berisi sisa mi goreng yang lalu diciumnya. "Sudah basi?" tanya teman di sampingnya. Sambil menggeleng, Ahmad menyodorkannya. Si teman dengan…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?