Pablo Neruda, Batavia, Dan Kudeta
Edisi: 09/30 / Tanggal : 2001-05-06 / Halaman : 71 / Rubrik : IQR / Penulis : Suyono, Seno Joko , ,
...Saya harus mengabari sesuatu yang penting. Saya telah menikah. Istri saya tinggal di kota ini (Batavia). Istri saya adalah keturunan campuran Belanda dan Jawa yang berasal dari keluarga tradisional di Jawa. Dan bukan orang kaya. Pernikahan kami telah diresmikan. Jika kalian bisa bertemu dengannya, tentu bangga dengannya. Dia memiliki sifat luar biasa. Jangan mengkhawatirkan saya, karena saya tidak sendiri lagi. Saya akan mengirim beberapa foto pernikahan kami. Istri saya lebih tinggi dari saya. Saya tidak bisa berbahasa Belanda dan dia tidak bisa berbahasa Spanyol. Jadi, kami bicara dalam bahasa Inggris. Kami miskin tapi bahagia....
SURAT ini ditulis oleh Pablo Neruda, sastrawan Cile pemenang Nobel sastra 1971, pada suatu hari tahun 1930, di Batavia. Saat itu, ia seorang pemuda belia. Layaknya seorang pemuda yang jatuh cinta, ia menulis surat itu untuk keluarganya di Cile dalam rangka pemberitahuan perkawinannya dengan Maria Antonia Hagenaar Vogeizang, seorang gadis beribu Jawa dan berayah Belanda. Surat dengan tulisan tangan rapi beserta akta perkawinan resmi Neruda dan Maria di Batavia itu hingga kini masih disimpan di kantor Kedutaan Besar Cile di Jakarta.
Tak banyak orang yang mengetahui bagaimana sastrawan Marxis masyhur di dunia ini pernah "terdampar" di Indonesia dalam sepenggal hidupnya.
Dalam hiruk-pikuk sastra Indonesia pun, meski beberapa puisi Neruda pernah diterjemahkan di majalah sastra Horison, tak banyak yang menyebut riwayat Neruda di Jakarta. Buku berjudul Memoir yang berisi catatan harian dan perenungan perjalanan Neruda itu (diterbitkan kembali oleh penerbit Farrar, Strauus and Giroux, New York) kini sudah beredar di Jakarta. Memoar ini membuat kita sadar bahwa Jakarta, betapapun pedih atau buruknya, pernah punya makna penting dalam pergulatan batin sang penyair.
Neruda menjejakkan kaki di Batavia pada 1930. Ia bekerja sebagai staf konsulat Cile hingga pertengahan 1932. Jakarta adalah rangkaian pos Asia Tenggara yang harus ditempatinya setelah Rangoon, Kolombo, dan Singapura. Adalah kebiasaan negara Amerika Latin mengirim sastrawannya sebagai diplomat. Lahir di Parral, Cile, pada 12 Juli 1904 dengan nama Ricardo Eliezer neftali Reyes Y. Basoalto, sejak usia 18 tahun, dia telah menggebrak kesusastraan Cile. Nama samarannya diambil dari gabungan nama penyair Paul Verlaine dan pengarang Cekoslovakia, Jan Neruda. Ia melakukan itu semata-mata untuk menghindar dari amarah sang ayah, seorang masinis kereta yang tak menghargai bakat pujangga dalam diri putranya.
Tapi, yang terjadi, dua kumpulan puisinya berjudul Crepusculario (1923) dan Twenty Love Poems and Song of Despair" (1924) mengukuhkan kepenyairannya. Setelah pindah ke ibu kota negara Santiago untuk belajar sebagai guru bahasa Prancis, pada 1927, Neruda dikirim ke Rangoon, Burma--sebagai konsul ad honorem.
Saat itu Neruda belum menceburkan diri dalam dalil-dalil Marxis. Tapi para pengamat sastra menyebut perjalanan ke Asia itu sangat membentuk sensibilitasnya pada kemiskinan dan antipatinya pada kolonialisme. Selama di Asia Tenggara itulah Neruda mengalami suasana yang menekan, karena lingkungan yang dikunjunginya mengalami kesulitan ekonomi.
Di Sri Lanka, Neruda menetap di sebuah rumah di daerah kumuh dekat pantai bernama Wellawatte. Ia sering nglayap ke laut bersama para nelayan dan pernah ikut berburu gajah. Ia memelihara seekor luak bernama Kiria. Sehari-hari Neruda ditemani oleh seorang bocah asli Sri Lanka bernama Bhrampy, yang bekerja membenahi rumahnya. Luak dan bocah Sri Lanka itulah sahabat setianya. Keduanya--ya, luak dan bocah itu--diajak ketika ia berlayar ke Batavia.
Rasa frustrasi Neruda terhadap situasi sepi dan miskin mencapai puncak ketika ia tiba di Jakarta. Ia didera penderitaan luar biasa, terutama merasa sulit menyalurkan kebutuhan kelelakiannya. Di Jakarta, Neruda menyelesaikan kumpulan puisi Recidentia La tierra yang dianggap memelopori suatu visi pahit yang disukai kaum surealis. Puisinya menggempalkan sebuah dunia berantakan yang penuh sambur limbur antara kegairahan erotik dan ketakutan. Segala sesuatu, bagi Neruda, seperti ancaman dan berbau kegetiran. Neruda, yang sudah menjadi yatim sejak bayi, karena ibunya meninggal lantaran tuberkulosis, menyajikan suatu visi carut-marut apokalipsme tanpa Tuhan.
"Dia sangat depresi…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Dan Sang Guru Berkata...
2004-04-18Novel filsafat sophie's world menjadi sebuah jendela bagi dunia untuk melihat dunia imajinasi dan edukasi…
Enigma dalam Keluarga Glass
2010-04-11Sesungguhnya, rangkaian cerita tentang keluarga glass adalah karya j.d. salinger yang paling superior.
Tapol 007: Cerita tentang Seorang Kawan
2006-05-14pramoedya ananta toer pergi di usia 81 tahun. kita sering mendengar hidupnya yang seperti epos.…