Pesan Kematian dari Pazondaung

Edisi: 35/36 / Tanggal : 2007-10-28 / Halaman : 122 / Rubrik : INT / Penulis : Suditomo, Kurie, ,


Tubuh itu penuh lebam. Secarik kain merah bercampur lumpur terbelit di leher. Punggung dan belakang tubuhnya telanjang. Wa jahnya terbenam di air keruh. Tubuh itu milik seorang biksu yang pada 27 September lalu masih berbaris di jalan an Rangoon, ibu kota Burma, bersama ribuan biarawan lain. Me reka tu run tanah, berdemo secara da mai, me nyenandungkan ”Metta-Sutta...” (cin ta -kasih).

Hari itu tentara junta menaburkan peluru dengan membabi buta ke arah puluhan ribu pengunjuk rasa prodemokrasi. Kaum biksu di garis depan rebah ke tanah, berlumuran darah. Salah satunya adalah jenazah, yang direkam kamera tiga hari setelah pembunuhan massal itu. Mengambang di Sungai Pazondaung yang membelah Rangoon, tubuh tak bernyawa itu mengirim ”pesan” bahwa penguasa militer tak sungkan membunuh siapa pun yang menghalangi mereka, termasuk para biksu yang amat dihormati di…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

J
Jalan Pria Ozon ke Gedung Putih
2007-10-28

Hadiah nobel perdamaian menjadi pintu masuk bagi al gore ke ajang pemilihan presiden. petisi kelompok…

P
Pesan Kematian dari Pazondaung
2007-10-28

Jasad ratusan biksu dikremasi secara rahasia untuk menghilangkan jejak. penangkapan dan pembunuhan biarawan terus berlangsung…

M
Mangkuk Biksu Bersaksi
2007-10-28

Ekonomi warga burma gampang terlihat pada mangkuk dan cawan para biksu. setiap pagi, biksu berke…