Iqbal, Sang ’Allama

Edisi: 08/37 / Tanggal : 2008-04-20 / Halaman : 65 / Rubrik : IMZ / Penulis : Basral, Akmal Nasery, ,


TANGGAL 21 April 2008 menandai genap tujuh dekade wafatnya Muhammad Iqbal. Selaku politikusnegara­wan, sumbangan terbesar Iqbal adalah mengukuhkan fondasi bagi negara Pakistan, yang berdiri sembilan tahun setelah kematiannya pada 1938. Sebagai filsuf dan penyair, karyakarya lelaki kelahiran Sialkot yang selalu menukil kedalaman Cinta (dengan ”C” besar) ini menerobos lintas nega­ra, lintas keyakinan, lintas zaman. Wartawan Tempo, Akmal Nasery Basral, berziarah ke makamnya di kompleks Masjid Badshahi, Lahore, Februari lalu, dan memaparkan mengapa penyair Urdu dan Persia terbesar di era modern ini dipanggil sepenuh cinta oleh para pengagumnya sebagai ’Allama–orang yang berilmu.

BERDIRI di depan Shahi Qila, sebutan lokal untuk Benteng Lahore yang dinyatakan sebagai salah satu warisan dunia oleh UNESCO sejak 1981, membuat saya tertegun. Bukan karena bangunan berbentuk trapezoid seluas 20 hektare yang dibangun Kaisar Dinasti Mughal Jalaluddin Muhammad Akbar (1556-1605) itu terlihat begitu megah, melainkan karena pengunjung yang terus mengalir keluar-masuk kompleks benteng layaknya penonton sepak bola yang berbondong-bondong ingin menyaksikan kesebelasan favorit.

Konsentrasi massa di sebuah lokasi wisata tentu bukan hal istimewa. Tapi hari itu, Ahad, 17 Februari lalu, adalah kurang dari 24 jam dari jadwal pemilihan umum parlemen Pakistan, yang diperkirakan banyak pengamat akan menjadi peristiwa berdarah terkait dengan terbunuhnya mantan perdana menteri Benazir Bhutto pada 27 Desember 2007. Pakistan masih dalam kondisi darurat sipil yang dicanangkan Presiden Pervez Musharraf beberapa bulan sebelumnya. Lagi pula Benteng Lahore sedang direnovasi, kondisi yang terlihat jelas dari kejauhan. Jadi ke mana mereka mengalir sebenarnya?

Sejak meninggalkan Islamabad lepas subuh, kerumunan orang memang merupakan panorama istimewa. Ibu kota mungil dengan setengah juta jiwa penduduk tersebut pagi itu masih berselancar dalam mimpi. Musim dingin membuat aktivitas baru berjalan normal setelah pukul 10 pagi di sekujur Pakistan. Perjalanan dengan bus antarkota Sammi Daewoo Express selama lebih dari empat jam melintasi jalan tol sepanjang hampir 400 kilometer yang apik dan lengang itu kemudian melahirkan dugaan bahwa pusat keramaian tersebut akan terlihat begitu bus keluar dari pintu tol.

Namun, begitu bus sampai di pangkalan Sammi Daewoo yang terletak di luar Kota Lahore, harapan melihat aktivitas di sebuah kota nomor dua terbesar di Pakistan setelah Karachi itu tetap tak kesampaian. Kota masih saja lengang. ”Orang-orang kaya banyak…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Iqbal, Sang ’Allama
2008-04-20

Tanggal 21 april 2008 menandai genap tujuh dekade wafatnya muhammad iqbal. selaku politikusnegara­wan, sumbangan terbesar…

I
Iqbal, Sang Politikus
2008-04-20

Sebuah pidato terlontar di depan anggota partai politik liga muslim pada 29 desember 1930 di…

K
Kerajaan Cinta dalam Senyap Mawar
2008-04-20

Tidak mudah menguraikan kekuatan puisi seorang penyair besar, kecuali melalui perbandingan sajak dengan penyair lain…