Hadiah Untuk Dua Umat

Edisi: 49/12 / Tanggal : 1983-02-05 / Halaman : 76 / Rubrik : AG / Penulis :


BAYANGKAN: tanggal 14 Maret mendatang, sore hari, di silang Monas, Jakarta, ratusan ribu orang mengadakan sembahyangan bersama. Dan persis ketika matahari tenggelam, sesajen dionggokkan persis di tengah perempatan: kerbau, ayam, itik, dan sebangsanya, yang sudah dimasak, jemaat besar itu kemudian bubar setelah pendeta membagi-bagikan 'air suci' untuk dipercikkan di rumah masing-masing.

Dan esoknya, 15 Maret, Jakarta 100% kota mati. Tak ada orang nampak di jalan -- kecuali polisi atau petugas adat. Tak ada listrik, bahkan api, sejak tengah malam sebelumnya -- baik di rumah penduduk, di jalan, di mana-mana. Dan kecuali di rumah sakit hotel dan lapangan terbang, tak ada aktivitas sama sekali. Mati, mandek total. Penduduk Ibukota, yang boleh dibilang semuanya Hindu, sedang nyepi, puasa amati geni, merenung dan mawas diri. Mereka memasuki tahun baru Icaka 1905.

Tidak, tentu saja. Hari Nyepi, yang dengan SK Presiden 19 Januari kemarin ditetapkan sebagai hari libur nasional (bersama Hari Waisak milik umat Budha), tidak akan membawa perubahan untuk Jakarta -- berbeda dengan Bali tentu. Kecuali, yah, libur -- untuk semua kantor pemerintah, semua sekolah…

Keywords: HAri Raya NyepiNyepiHinduWaisak
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
Menyebarkan Model Kosim Nurzeha
1994-04-16

Yayasan iqro menyiapkan juru dakwah, ada di antaranya anggota abri berpangkat mayor, yang mengembangkan syiar…

S
Sai Baba, atau Gado-Gado Agama
1994-02-05

Inilah "gerakan" atau apa pun namanya yang mencampuradukkan agama-agama. pekan lalu, kelompok ini dicoret dari…

S
Siapa Orang Musyrik itu?
1994-02-05

Mui surabaya keberatan sebuah masjid dijadikan tempat pertemuan tokoh dari berbagai agama, berdasarkan surat at…