Membrahmana di Jalur Sulinggih

Edisi: 19/37 / Tanggal : 2008-07-06 / Halaman : 71 / Rubrik : AG / Penulis : Loebis, Amarzan, Hasan, Rofiqi, Mustika, Made


BULAN penuh di langit Pujungan, Rabu dua pekan lalu. Suhu tiga belas derajat Celsius. Hanya ada sebutir bintang di keluasan tawang. Selebihnya gemerincing genta, asap dupa, aneka puspa, dan gumam mantra mendaki angkasa.

Malam ini Purnama Sada, kata orang Bali. Malam baik untuk menyelenggarakan upacara. Sejak lepas isya, tamu berdatangan—jumlahnya dua ratusan—ke Pasraman Dharmasastra Manikgeni di Banjar Taman Sari, Desa Pujungan, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan.

Itulah kompleks kediaman Putu Setia, yang bersama istrinya, Ni Made Sukarnithi, akan menjalani upacara Yadnya Pawintenan Diksa Bhawati, sebuah jenjang spiritual dalam agama Hindu. Sebentar lagi, pasangan yang menikah pada Desember 1972 itu akan dibuat ”mati raga”—sebelum menjalani ”hidup yang baru”.

Upacara ini merupakan proses awal menjadi sulinggih, yakni orang yang diberi kedudukan terhormat dalam tatanan keagamaan. Setelah malam ini, Putu Setia, wartawan-penulis yang pernah mengetuai Forum Cendekiawan Hindu, akan menyandang gelar Ida Bhawati—hanya setingkat di bawah Ida Pandita Mpu.

”Upacara seperti malam ini memang jarang terjadi,” kata Pandita Mpu Dharnika Tenaya, satu di antara hadirin. Terasa suasana gembira di tengah atmosfer khusyuk. Para tamu berbincang dalam kesetaraan. Pidato-pidato sambutan sebelum ritual menyiratkan semangat pembaruan dalam pemaknaan ”kasta”—semacam kesalahkaprahan berabad-abad.

Ketut Wiana, tokoh Hindu terkemuka di Bali yang menghadiri upacara, mengakui kesalahkaprahan ini memiliki sejarah panjang. ”Hindu hanya mengenal catur warna,” kata Wiana. ”Pada awalnya, lapis yang meliputi brahmana, ksatria, waisya,…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
Menyebarkan Model Kosim Nurzeha
1994-04-16

Yayasan iqro menyiapkan juru dakwah, ada di antaranya anggota abri berpangkat mayor, yang mengembangkan syiar…

S
Sai Baba, atau Gado-Gado Agama
1994-02-05

Inilah "gerakan" atau apa pun namanya yang mencampuradukkan agama-agama. pekan lalu, kelompok ini dicoret dari…

S
Siapa Orang Musyrik itu?
1994-02-05

Mui surabaya keberatan sebuah masjid dijadikan tempat pertemuan tokoh dari berbagai agama, berdasarkan surat at…