Perahu Lupa pada Layarnya

Edisi: 26/37 / Tanggal : 2008-08-24 / Halaman : 59 / Rubrik : IMZ / Penulis : Untung Widyanto, ,


Raja Ampat, kabupaten kepulauan di Papua Barat, kini disebut jantung terumbu karang dunia. Sekitar 75 persen dari semua jenis karang dunia terdapat di sana. Keluarga-keluarga nelayan hidup dengan tradisi dan adatnya dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Semua berlangsung seperti biasa, sampai akhirnya ikan yang merupakan mata pencarian utama mereka tak lagi mudah didapat di daerah-daerah pantai.

Dampak pemanasan global? Yang terang, hidup berubah perlahan: perahu bermotor telah menggantikan perahu-perahu layar peninggalan kakek mereka, dan kenaikan harga bahan bakar belakangan ini mengimpit kehidupan mereka. Berikut ini laporan dan catatan wartawan Tempo, Untung Widyanto, yang berkunjung ke sana akhir bulan lalu.

Perubahan cuaca dan tingginya harga solar sekarang memukul kehidupan nelayan Raja Ampat. Terumbu karang masih terpelihara, tapi ikan mulai susah didapat. Mereka berharap anak-anaknya tidak menjadi nelayan.

Aristoteles Mambraku Watem, 54 tahun, tidak selesai mengikuti bagian akhir acara Mansorandak yang diadakan tetangganya. ”Saya sudah tua, besok pagi harus melaut,” kata warga Kampung Arborek, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat, itu. Anak sulungnya, Stevanus Mambraku Watem, yang menjabat sekretaris kampung, mengikuti hingga tuntas acara adat yang digelar di rumah John Latuperisa itu.

Acara Mansorandak merupakan ucapan syukur warga kampung terhadap anggotanya yang kembali dari perjalanan ke tempat yang baru pertama kali dikunjungi. Dalam acara Mansorandak—dikenal juga dengan nama Wambankamor—muka dan mata anggota tersebut dicuci. Setelah itu, diadakan makan bersama. Maria Mambrasar, istri John Latuperisa, memang baru pulang dari Yogyakarta, setelah mengikuti temu kader posyandu se-Indonesia.

Pagi itu, Selasa di akhir bulan lalu, kediaman John telah ramai oleh kaum perempuan. Mereka memasak untuk acara Mansorandak. Tapi baru pukul 18.00 acara adat tersebut dibuka dengan pengantar dari tuan rumah. John mengucapkan puji syukur karena sang istri telah kembali dengan selamat. Maria kemudian mencuci muka dan matanya dengan air dalam baskom. Penduduk kampung atau desa itu, yang berjumlah 147 jiwa, lantas makan bersama di ruang tamu dan halaman rumah John.

Selain warga Arborek, yang terletak di Distrik (Kecamatan) Meos Mansar, lima orang kerabat John dari kampung tetangga juga hadir. Mereka naik ketinting atau perahu bermotor selama 15 menit. Arborek merupakan sebuah pulau yang panjangnya 640 meter dan lebarnya 175 meter. Pulau seluas tujuh hektare ini dapat ditempuh sekitar 110 menit perjalanan menggunakan perahu motor tempel 40 PK dari Kota Waisai,…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Iqbal, Sang ’Allama
2008-04-20

Tanggal 21 april 2008 menandai genap tujuh dekade wafatnya muhammad iqbal. selaku politikusnegara­wan, sumbangan terbesar…

I
Iqbal, Sang Politikus
2008-04-20

Sebuah pidato terlontar di depan anggota partai politik liga muslim pada 29 desember 1930 di…

K
Kerajaan Cinta dalam Senyap Mawar
2008-04-20

Tidak mudah menguraikan kekuatan puisi seorang penyair besar, kecuali melalui perbandingan sajak dengan penyair lain…