Berakrobat di Depan Kelas

Edisi: 26/37 / Tanggal : 2008-08-24 / Halaman : 64 / Rubrik : IMZ / Penulis : Untung Widyanto, ,


Gedung sekolah itu mirip gambar dalam kisah anak-anak sekolah Indonesia dari masa lampau: bangunan berdinding bambu, beratap rumbia sebagai gudang sekolah, lalu bangunan berbatu bata dengan lima ruang untuk belajar. Hanya ada 30 anak usia sekolah atau sekitar 20 persen dari seluruh penduduk pulau yang berjumlah 147 orang. Inilah Sekolah Dasar Negeri 147, Kampung Arborek, Kabupaten Raja Ampat—satu-satunya sekolah dasar di seantero pulau kecil itu.

Tempo bertandang ke sana pada suatu pagi akhir Juli lalu, dan bertemu dengan Levina Mambraku, 14 tahun. Seragam sekolahnya—blus putih, rok merah—kebesaran, seolah menelan tubuhnya yang kecil-mungil. Roknya membalap dengkul, lengan bajunya menjuntai di bawah siku. Levina, murid kelas satu, tampak tekun mendengarkan pelajaran bahasa Indonesia.

Selain Levina, ada empat anak di kelas satu. ”Ada tiga anak seusia Levina yang belum disekolahkan orang tua mereka,” ujar Numete, salah satu guru. Sekolah ini punya tiga guru dan seorang kepala sekolah. Ketika Tempo berkunjung, hanya ada dua guru, Selvianus Mambraku dan Numete. Seorang guru lain tengah mengikuti kursus bahasa Inggris di Australia atas undangan pemerintah Negeri Kanguru. Kepala Sekolah sedang berkunjung ke Sorong, sekitar enam jam perjalanan dengan perahu motor.

Para siswa dihimpun dalam tiga kelas. Kelas satu dan dua ada di ruang pertama, kelas tiga dan empat…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Iqbal, Sang ’Allama
2008-04-20

Tanggal 21 april 2008 menandai genap tujuh dekade wafatnya muhammad iqbal. selaku politikusnegara­wan, sumbangan terbesar…

I
Iqbal, Sang Politikus
2008-04-20

Sebuah pidato terlontar di depan anggota partai politik liga muslim pada 29 desember 1930 di…

K
Kerajaan Cinta dalam Senyap Mawar
2008-04-20

Tidak mudah menguraikan kekuatan puisi seorang penyair besar, kecuali melalui perbandingan sajak dengan penyair lain…