Anggota Pasukan Pembela Tanah Air, Hidup Setelah 63 Tahun
Edisi: 26/37 / Tanggal : 2008-08-24 / Halaman : 30 / Rubrik : NAS / Penulis : Wahyu Dhyatmika, Sohirin, Pito Agustin Rudiana
DUA jam lewat tengah malam, letusan senjata pertama terdengar. Hari itu, 14 Februari 1945, 200-an pemuda anggota pasukan Pembela Tanah Air, paramiliter bentukan pemerintah kolonial Jepang, berhamburan dari barak-barak mereka di pusat Kota Blitar, Jawa Timur, dan serentak menyerang patron mereka yang sedang lengah. Sedikitnya 20 tentara Jepang dilaporkan tewas hari itu.
Perlawanan berdarah itu tidak meluas. Sebelum hari berganti, pasukan Dai Nippon dari kota-kota sekitarnya berdatangan. Para pejuang berani mati dari pasukan Pembela Tanah Air (Peta) itu tersudut, dibombardir habis, dan akhirnya menyerah. Sebanyak 55 tentara Peta ditangkap, lalu diadili Mahkamah Militer Jepang di Jakarta. Enam orang yang dinilai sebagai pentolan perlawananâMoeradi, Soepardjono, Suryo Ismangil, Halir Mangkoedidjaja, Soedarmo, dan Soenantoâdihukum mati.
Namun pemberontakan militer pertama dan satu-satunya atas pendudukan Jepang di Indonesia itu tak padam begitu saja. Tokoh utama perlawanan dini hari itu, Supriyadi, diyakini lolos dari sergapan Jepang.
Enam bulan kemudian, Jepang kalah perang dan Indonesia merdeka. Pada Oktober 1945, Presiden Soekarno mengangkat Supriyadiâberpangkat shodanco atau setingkat komandan peletonâmenjadi Menteri Keamanan Rakyat merangkap Panglima Tentara Keamanan Rakyat. Tapi Supriyadi, 22 tahun, tak pernah muncul. Dia hilang seperti ditelan bumi.
Sampai pekan lalu.
Dari Jawa Tengah, seorang pria sepuh, 88 tahun, bernama Andaryoko Wisnuprabu, menyatakan dirinya Supriyadi. âSaya ini tidak mengaku-aku. Nama pemberian orang tua saya memang Supriyadi,â…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?