Para Perompak, Pedagang, dan Politik

Edisi: 30/37 / Tanggal : 2008-09-21 / Halaman : 64 / Rubrik : IMZ / Penulis : Sita Planasari , ,


BERSEMBUNYI di rawa-rawa dan hutan bakau, dengan kapal-kapal kecil yang berpotongan ramping, sekonyong-konyong mereka menyerang dan menguras isi kapal-kapal yang berani melintas di perairan Selat Malaka. Mereka, para perompak, muncul lantas menghilang di antara gelombang.

Ya, para perompak tampaknya menguasai setiap lekuk anatomi wilayah laut yang membentang dari barat laut ke tenggara sepanjang 778 kilometer, dengan lebar 2 sampai 100 kilometer itu. Kondisi geografis Selat Malaka lumayan ideal untuk kerja rutin mereka. Ada ribuan pulau, selat sempit, dan muara sungai, yang semuanya menjadi tempat persembunyian sempurna bagi mereka.

Mereka merampas emas, perak, porselen, dan barang berharga lainnya, termasuk para budak—hingga pertengahan abad ke-19, perbudakan masih legal. ”Para awak kapal juga dipaksa menjadi budak dan dijual,” kata Singgih Tri Sulistyo, pakar sejarah maritim Nusantara Universitas Diponegoro, Semarang. Bahkan Singgih menyinggung: para perompak…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Iqbal, Sang ’Allama
2008-04-20

Tanggal 21 april 2008 menandai genap tujuh dekade wafatnya muhammad iqbal. selaku politikusnegara­wan, sumbangan terbesar…

I
Iqbal, Sang Politikus
2008-04-20

Sebuah pidato terlontar di depan anggota partai politik liga muslim pada 29 desember 1930 di…

K
Kerajaan Cinta dalam Senyap Mawar
2008-04-20

Tidak mudah menguraikan kekuatan puisi seorang penyair besar, kecuali melalui perbandingan sajak dengan penyair lain…