Dari Atap Blenduk Berlin

Edisi: 40/37 / Tanggal : 2008-11-30 / Halaman : 73 / Rubrik : IMZ / Penulis : Sunudyantoro, ,


Ia mengamati kehidupan parlemen dan ekspresi demokrasi, termasuk berbagai demonstrasi anak muda di sana.

Berikut ini catatannya.

BERLIN dari ketinggian kubah gedung Parlemen Federal Jerman. Matahari musim gugur pada September lalu tampak terang. Kadang sinarnya mencorong, terasa menghangatkan; kadang redup, membuat embusan angin terasa menusuk kulit. Dari atas sini, panorama kota yang hijau terlihat terbentang sampai jauh. Sungai Spree yang membelah kota tampak mengalir tenang.

Tak banyak gedung pencakar langit di Berlin. Yang ada hanya sejarah yang berkelanjutan: gedung-gedung yang hancur pada akhir Perang Dunia II kini berdiri kembali, persis seperti aslinya. Tepat di bawah kupola kaca bening setinggi 36 meter ini tampak parlemen Jerman sedang bersidang membahas bujet. Ruang utama gedung parlemen beratap langsung ke bagian kubah bening tadi. Setiap Rabu, pukul 09.30 pagi, misalnya, 15 menteri bertemu. Mengelilingi meja kayu oval, lengkap dengan kursi hitamnya, mereka membahas aneka masalah. Remang-remang, kegiatan mereka bisa diintip.

Rakyat Jerman, siapa pun dia, boleh menyaksikan segalanya yang berlangsung di bawah atap blenduk, sidang parlemen. Hanya diperlukan syarat administrasi dan protokoler yang tidak rumit untuk bisa ikut sidang. ”Parlemen Jerman sangat terbuka. Tidak ada sidang tertutup,” kata Dirk Asendorpf, jurnalis senior Jerman.

l l l

Gedung beratap cembung itu oleh rakyat Jerman dikenal bernama Reichstag. Sebenarnya, sekarang namanya telah berubah menjadi Bundestag atau Parlemen Federal Jerman. Tapi Reichstag telanjur menancap…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Iqbal, Sang ’Allama
2008-04-20

Tanggal 21 april 2008 menandai genap tujuh dekade wafatnya muhammad iqbal. selaku politikusnegara­wan, sumbangan terbesar…

I
Iqbal, Sang Politikus
2008-04-20

Sebuah pidato terlontar di depan anggota partai politik liga muslim pada 29 desember 1930 di…

K
Kerajaan Cinta dalam Senyap Mawar
2008-04-20

Tidak mudah menguraikan kekuatan puisi seorang penyair besar, kecuali melalui perbandingan sajak dengan penyair lain…