Pembantaian Di Tepi Sungai
Edisi: 42/37 / Tanggal : 2008-12-14 / Halaman : 38 / Rubrik : NAS / Penulis : Budi Riza, Nanang
SAâIH, 86 tahun, duduk beralaskan tikar lusuh sambil sesekali menyedot kretek. Hari itu, Rabu pagi pekan lalu, ia berkopiah hitam dengan kemeja safari putih dan celana panjang cokelat. Tubuhnya membelakangi monumen Perjuangan Rawagede di Kampung Rawagede, Desa Balongsari, Rawamerta, Karawang, Jawa Barat.
Pandangan lelaki berkaca mata ini sesekali terarah ke lelaki dan perempuan yang sedang menyapu di dalam kompleks pemakaman yang menyatu dengan monumen. âKalau mengingat peristiwa itu, hati saya sedih,â katanya terbata-bata. Ia lantas berjalan menuju relief di tembok yang dibangun di kompleks makam ini, sembari mengenang peristiwa Selasa berdarah, 9 Desember 1947.
Tangannya menunjuk ke salah satu relief yang menggambarkan tiga lelaki berdiri sambil memegang senjata. Tak jauh dari situ beberapa perempuan bersimpuh merangkul jasad. Relief ini bukan sekadar ukiran tembok bagi Saâih. Pada pagi nahas 61 tahun silam itu, hanya beberapa langkah darinya, Locan, sang ayah, tewas bersimbah darah dieksekusi serdadu Belanda. Tak kurang dari 430 warga desa diyakini ikut meregang nyawa. Pemerintah Belanda sempat mengklaim aksi itu sebagai upaya polisi menangkap para bandit.
Tragedi yang diperingati tiap tahun itu akan terasa berbeda pada Selasa pekan ini. Sejumlah undangan seperti Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah dan Duta Besar Belanda Nikolaos van Dam direncanakan akan hadir. Tak hanya itu, sejumlah tentara veteran Belanda yang terlibat dalam aksi penembakan itu juga dikabarkan akan meramaikan peringatan. âIni pertama kalinya duta besar Belanda mau hadir,â kata Sukarman, Ketua Yayasan Rawagede, lembaga…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?