Putra Hadrami dari Ampel

Edisi: 43/37 / Tanggal : 2008-12-21 / Halaman : 55 / Rubrik : IMZ / Penulis : Tim Tempo, ,


SONGKOK adalah lambang isolasi yang menggelikan. Mereka (Arab-Indonesia) tidak mau memakai songkok atau peci Indonesia. Mulanya mereka memakai tarbus merah ala Turki yang pakai jambul. Kemudian, karena barang-barang Italia diboikot lantaran kekejaman kaum fasis di Tripoli, tarbus yang juga merupakan produk Italia itu ikut diboikot. Dijadikan unggun, disiram minyak tanah, dan dibakar. Arab wulaiti dan peranakan kehilangan songkoknya. Namun mereka belum mau memakai songkok anak negeri. Sebab, ada perasaan, dengan memakai songkok, apatah lagi blangkon, mereka turun derajat.

Bisa dibayangkan, Buya Hamka, penulis potongan artikel di atas, melanjutkan ceritanya tentang masyarakat keturunan Arab sambil tergelak, dengan cemooh, senyum sinis. ”Syukur,” Hamka melanjutkan, ”mereka mendapat songkok baru, yaitu songkok Afganistan, songkok bulu kambing hitam.” Tapi rupanya ada yang insaf, Afganistan bukan Arab. Lalu dipesanlah songkok model Raja Faisal dari Irak yang namanya sadarah. Songkok itu pun lucu. Kalau hendak dipakai, mesti dilipat rapat supaya tetap teguh di kepala. Kalau tidak, ia bisa melorot turun dan seluruh kepala ditelannya. Untung, ada kuping yang menghambat.

Entah kapan persisnya Buya Hamka menulis artikel itu. Yang terang, ada seorang pemuda keturunan Arab kelahiran Ampel, Surabaya, yang menjawab tantangan itu pada Agustus 1934. Ia berbusana Jawa, dengan blangkon dan beskap. Fotonya terpampang di surat kabar Matahari, koran berbahasa Melayu yang berhaluan nasionalis dan diasuh oleh seorang redaktur peranakan Tionghoa bernama Kwee Hing Tjiat. Dan pemuda berhidung mancung itu, Abdul Rahman Baswedan, tidak hanya menantang kecenderungan orang keturunan Arab seperti dilukiskan Buya Hamka di atas. Baswedan secara simbolis telah melanggar kebijakan diskriminasi kolonial yang menggolongkan dan…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Iqbal, Sang ’Allama
2008-04-20

Tanggal 21 april 2008 menandai genap tujuh dekade wafatnya muhammad iqbal. selaku politikusnegara­wan, sumbangan terbesar…

I
Iqbal, Sang Politikus
2008-04-20

Sebuah pidato terlontar di depan anggota partai politik liga muslim pada 29 desember 1930 di…

K
Kerajaan Cinta dalam Senyap Mawar
2008-04-20

Tidak mudah menguraikan kekuatan puisi seorang penyair besar, kecuali melalui perbandingan sajak dengan penyair lain…