Membaca Surat di Hutan

Edisi: 05/38 / Tanggal : 2009-03-29 / Halaman : 60 / Rubrik : IMZ / Penulis : Febrianti, ,


DUA gadis kecil tiba-tiba muncul dari balik belokan jalan setapak. Mereka kakak beradik, Yui Sakening Oinan, 12 tahun, dan Luyung Sakening Oinan, 10 tahun. Luyung membawa dua keranjang rotan mungil dan buku, sementara Yui menggendong Turugokgok, adik perempuan mereka yang masih berusia dua tahun.

Keduanya bergegas menaiki tangga uma dan menggabungkan diri dengan belasan temannya yang sedang belajar di sekolah hutan. Wajah mereka berkeringat karena baru saja berjalan kaki setengah jam dari rumah ke uma Sangong.

”Kami melewati tiga anak sungai. Kalau sungai sedang banjir, Bapak akan mengantar kami naik perahu pompong,” kata Luyung.

Sepertinya klise, tapi mendengar alasannya bersusah payah untuk bersekolah tetap saja mengharukan: ”Supaya kami pandai, bisa menulis nama, bisa membaca surat.” Surat di Siberut artinya luas. Buku, majalah, dan koran juga dinamakan surat. Luyung dan Yui kini sudah mulai bisa menuliskan namanya dan membaca…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Iqbal, Sang ’Allama
2008-04-20

Tanggal 21 april 2008 menandai genap tujuh dekade wafatnya muhammad iqbal. selaku politikusnegara­wan, sumbangan terbesar…

I
Iqbal, Sang Politikus
2008-04-20

Sebuah pidato terlontar di depan anggota partai politik liga muslim pada 29 desember 1930 di…

K
Kerajaan Cinta dalam Senyap Mawar
2008-04-20

Tidak mudah menguraikan kekuatan puisi seorang penyair besar, kecuali melalui perbandingan sajak dengan penyair lain…