Wayang itu Komik

Edisi: 27/38 / Tanggal : 2009-08-30 / Halaman : 74 / Rubrik : KL / Penulis : Arswendo Atmowiloto, ,


SEBENARNYA periode komik wayang tak pernah dikenang karena penerbit komik waktu itu menamainya ”komik klasik”. Periode ini ditandai setelah era jenis Sri Asih (tentu bersama Nina, Garuda Putih, Kapten Kilat), superhero yang dianggap kurang nasionalis, mengumbar khayal, dan tuduhan paling aneh: membuat anak-anak malas membaca. Dr Marcel Boneff, pakar komik Indonesia yang selalu jadi rujukan, menggambarkannya sebagai du fruit defendu, buah terlarang. Lebih buruk dari buah simalakama—masih bisa dimakan.

Para penerbit, terutama Melodie dan Cosmos, keduanya di Bandung, sama-sama di Jalan ABC, menghentikan manusia sekaligus dewa itu. Tokoh pahlawan beralih ke cerita rakyat, Ganesha Bangun, Loetoeng Kasaroeng, oleh komikus yang sama, R.A. Kosasih, yang kemudian menserialkan Ramayana dan Mahabharata. Juga nama sejajar sebelumnya, John Lo, serta yang melegenda, S. Ardisoma, Oerip. Pada S. Ardisoma, sapuan kuas menimbulkan suasana puitis…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

O
OPEC, Produksi dan Harga Minyak
1994-05-14

Pertemuan anggota opec telah berakhir. keputusannya: memberlakukan kembali kuota produksi sebesar 24,53 juta barel per…

K
Kekerasan Polisi
1994-05-14

Beberapa tindak kekerasan yang dilakukan anggota polisi perlu dicermati. terutama mengenai pembinaan sumber daya manusia…

B
Bicaralah tentang Kebenaran
1994-04-16

Kasus restitusi pajak di surabaya bermula dari rasa curiga jaksa tentang suap menyuap antara hakim…