Di Timur Matahari Mulai Bercahaya ; Hidup Semarang !
Edisi: 02/17 / Tanggal : 1987-03-14 / Halaman : 52 / Rubrik : OR / Penulis :
PULUHAN ribu orang dengan semangat yang menyala-nyala pekan ini menyerbu Jakarta. Mereka berdatangan dari Surabaya dan kota lainnya di Jawa Timur. Jumlah yan tak kalah besarnya datang dari Semarang, Purwokerto, Kudus, dan kota-kota lain di Jawa Tengah.
Ada yang datang dengan kepala diikat kain hijau, seakan bala tentara Pasdaran Iran selang menuju medan pertempuran Basra. Mereka tak lupa membawa genderang, trompet, atau alat bunyian lain, dan menyanyikan lagu-lagu mars untuk mendatangkan semangat.
Gubernur Jawa Timur, Wahono, dan Gubernur Jawa Tengah, Ismail, Senin malam pekan ini, muncul di layar TV Surabaya dan Semarang. Mereka menasihati warganya yang akan berangkat ke Jakarta, agar berlaku sopan dan tertib, dan menjaga nama haik daerahnya. "Biar tak mengganggu jalannya pertandingan," kata Gubernur Wahono. Banyak pihak yang terpaksa menunda urusannya di kantor Kota Madya Surabaya atau kantor Gubernur Jawa Timur, karena para pejabatnya sibuk ke Jakarta. Gubernur Wahono memang memberi izin libur dua hari bagi karyawannya yang ingin ke Jakarta. "Tidak apa-apa, mereka 'kan sudah payah-payah merumuskan APBD, jadi refreshing-lah,'' kata Gubernur.
Begitu gawatkah keadaan? Yang jelas, menurut siaran TV Surabaya, diperkirakan 20.000 arek Surabaya mulai Selasa siang bergelombang dengan bis dan kereta api ada pula dengan pesawat udara -- menuju Jakarta. Pekan ini, Stadion Utama Senayan pasti dikuasai para pendukung PSIS Semarang dan Persebaya Surabaya. Kedua bond inilah ternyata tim sepak bola yang paling tangguh d antara 12 anggota Divisi Utama PSSI dan layak berlaga memperebutkan Piala Presiden Soeharto, Rabu pekan ini.
Bagi pendukung Surabaya, peristiwa ini seperti menggali batang terendam. Mengapa tidak ? Kota ini pernah menjadi juara PSSI 1951, 1952, dan 1977. Dari sana datang sejumlah pemain nasional ternama, seperti Abdul Kadir, Waskito, dan Junaedi Abdillah. Tapi sudah 10 tahun ini tim sepak bola dari "Kota Pahlawan" itu seakan dilupakan orang.
Semarang lebih-lebih lagi. Sepanjang sejarah sepak bola Indonesia, belum sekali pun PSIS bisa tampil di final. Maka, ketika di awal kompetisi 6 besar ini, mereka membabat Persija 3--1, dan membuat tim "Ayam Kinantan" PSMS Medan keok 1-0, decak kagum pun terdengar.
Pada pertandingan terakhir, Sabtu pekan lalu, yang menentukan siapa akan maju ke final untuk menghadapi Persebaya (yang sudah pasti maju ke final), PSIS berhadapan dengan Persib, juara tahun lalu. PSIS bisa bangga karena Stadion Senayan yang…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Hidup Ayrton Senna dari Sirkuit ke Sirkuit
1994-05-14Tanda-tanda maut akan mencabut nyawanya kelihatan sejak di lap pertama. kematian senna di san marino,…
Mengkaji Kans Tim Tamu
1994-05-14Denmark solid tapi mengaku kehilangan satu bagian yang kuat. malaysia membawa pemain baru. kans korea…
Kurniawan di Simpang Jalan
1994-05-14Ia bermaksud kuliah dan hidup dari bola. "saya ingin bermain di klub eropa," kata pemain…