Mengirim Marah Ke Mekah ; Setelah Mekah Berdarah

Edisi: 24/17 / Tanggal : 1987-08-15 / Halaman : 56 / Rubrik : AG / Penulis :


JUMAT berdarah di Mekah, dua pekan lalu, kian panas dan berekor panjang hingga ke Perang Teluk (lihat Luar Negeri). Walau tak persis serbuan Abrahah, gubernur Yaman, yang bermaksud merobohkan Ka'bah dengan pasukan gajahnya, seperti direkam Quran dalam surat Al-Fiil (Gajah), Arab Saudi dan Iran kini makin buka-bukaan. Siapa yang memulai ?

Iran sendiri, yang masih terus marah, katanya akan menuntut balas atas pembantaian lebih dari 400 jemaah hajinya itu. Dan apa lagi pesan Imam Khomeini dari tempat tidurnya di Qom? "Beliau berharap agar para korban kekejaman laskar Arab Saudi itu dikuburkan di Iran, sebagai syuhada," begitu dikutip Fadhil Sholihin, salah seorang pemimpin demonstrasi di Mekah itu, kepada M. Baharun dari TEMPO. Fadhil, 48 tahun, adalah hakim tinggi pengadilan Islam di Teheran.

Walau sudah banyak jemaah yang kini pulang ke negaranya, atau mampir dulu di Madinah -- untuk ber-Arbain dan ziarah ke makam Nabi di Masjid Nabawi -- penjagaan di jalan-jalan pintu masuk ke Kota Mekah masih terus ekstraketat. Ini ibarat kesiagaan pasukan penguasa Mekah, Khalifah Abdullah ibnu Zubeir, ketika menghadang tentara Yazid bin Mu'awiyah dari Syam (sekarang Syria), yang dipimpin Jenderal Husein bin Numeir sewaktu menyerbu Masjidil Haram -- dan Ka'bah terbakar -- pada 64 Hijriah. Di masa Yazid itulah, pada 671 di Irak terjadi perang Karbala. Peristiwa itu sangat penting dalam sejarah dan Ajaran Syi'ah, karena menewaskan cucu Nabi, Husain -- anak Ali dengan Fatimah Zahrah (lihat Kolom: Politik di Rumah Allah).

Sebelum Jumat berdarah itu, menurut Kuasa Usaha Arab Saudi di Jakarta, Abdul Latif Salim, petugas keamanan di bandar udara King Abdul Aziz, Jeddah, telah menyita bahan peledak, peluru, dan senjata dari sejumlah jemaah haji Iran. "Mereka memang sengaja mencari momen. Dan yang datang ke Mekah adalah jemaah palsu. Bukan bangsa Iran yang sungguh-sungguh berniat naik haji," kata Latif pada Linda Djalil dari TEMPO. Jemaah palsu itu terdiri dari Pengawal Revolusi, yang menurut Arab Saudi memang ada juga jenderalnya.

Memang, hampir tiap tahun, jemaah Iran, tanpa kecuali yang wanita -- apakah sedang di Mekah atau Madinah -- selalu jadi tontonan. Mereka seperti…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
Menyebarkan Model Kosim Nurzeha
1994-04-16

Yayasan iqro menyiapkan juru dakwah, ada di antaranya anggota abri berpangkat mayor, yang mengembangkan syiar…

S
Sai Baba, atau Gado-Gado Agama
1994-02-05

Inilah "gerakan" atau apa pun namanya yang mencampuradukkan agama-agama. pekan lalu, kelompok ini dicoret dari…

S
Siapa Orang Musyrik itu?
1994-02-05

Mui surabaya keberatan sebuah masjid dijadikan tempat pertemuan tokoh dari berbagai agama, berdasarkan surat at…