Persis Lukisan Raden Saleh
Edisi: 37/39 / Tanggal : 2010-11-14 / Halaman : 30 / Rubrik : NAS / Penulis : Purwani Diyah Prabandari, Bernada Rurit, M. Taufik
ADE Surya tak mengungsi. Dalam gelap, ia meriung di ruang tamu rumahnya bersama keluarga dan tetangga. Gemuruh letusan Gunung Merapi tak menggerakkan mereka panik mengungsi. "Kan rumah saya ndak masuk radius bahaya," katanya ketika ditemui di Rumah Sakit Dr Sardjito, Yogyakarta, Jumat pekan lalu.
Mahasiswa semester lima Universitas Negeri Yogyakarta itu tinggal di Dusun Branggong, Argomulyo, Cangkringan, sekitar 18 kilometer dari puncak Merapi. Pada hari itu, radius bahaya ditetapkan 15 kilometer dari puncak. Beberapa menit setelah letusan, menjelang tengah malam, tiba-tiba suasana berubah gawat. Di mana-mana terdengar, "Astaghfirullah..., astaghfirullah...."
Angin kencang dan asap pekat menerjang pintu dan jendela rumahnya. "Debunya panas," kata Ade. "Saya sesak, ngeri, ada debu menyala mirip percikan orang sedang mengelas besi," katanya. Ia menghambur ke kamarnya di lantai dua, menyuruk di bawah kasur.
Beberapa menit…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?