Pria Misterius Sebelum Ledakan

Edisi: 03/40 / Tanggal : 2011-03-27 / Halaman : 36 / Rubrik : NAS / Penulis : Anton Septian, Setri Yasra, Diki Sudrajat


ULIL Abshar-Abdalla sedang dalam perjalanan ke kantor Komunitas Utan Kayu, Jakarta Timur, Selasa pekan lalu. Di situ berkantor Jaringan Islam Liberal, yang dulu dipimpinnya. Kini ia tak lagi berkantor di sana. Tapi setiap Selasa sore ia menghadiri rapat mingguan Jaringan. Biasanya Ulil sudah di Utan Kayu sejak pukul 14.00.

Hari itu, Ulil harus hadir pada rapat lain lebih dulu. Pada pukul 14.30, ia ditelepon Saidiman Ahmad, koleganya di Jaringan, yang memberitahukan ada kiriman buku untuknya, yang diduga berisi bom. Ulil berpikir itu cuma main-main. Sebab, tak ada yang aneh sepanjang hari itu-juga hari-hari sebelumnya. Lewat pukul 16.00, dari radio mobilnya, ia mendengar berita bom meletus di Utan Kayu. "Ternyata bom betulan," katanya.

Buku berisi bom itu diterima Annisa Wulandari, resepsionis di kantor Komunitas Utan Kayu. Jam dinding menunjukkan pukul 10.00 ketika seorang lelaki berperawakan kurus berkulit gelap memasuki lobi kantor dan langsung menyerahkan paket. Annisa ingat lelaki itu bermata celung dengan pipi kempung. Tingginya 160-170 sentimeter. Si pengantar buku tak berseragam, sepatutnya kurir betulan atau tukang pos.

Mengenakan jaket parasut hitam dan topi berwarna serupa, si kurir juga tak membawa tanda terima. "Tanda terimanya justru dari saya," kata Annisa. Setelah menyerahkan "paket", kata Annisa, lelaki itu masih menenteng bungkusan lain. Tebalnya tiga-empat kali dari kiriman buat Ulil.

Menjelang pukul 13.30, buku diantarkan Nur Cahya, office boy, ke…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?