Impor Ikan Negeri Maritim

Edisi: 42/40 / Tanggal : 2011-12-25 / Halaman : 105 / Rubrik : EB / Penulis : Bobby Chandra, Sahrul, Ika Nintyas

Tugas Diah Ayu memeriksa mesin pendingin yang terpasang di samping gudang baru saja selesai siang itu. Ia segera mengunci pintu gudang rapat-rapat. Mesin pendingin mesti dijaga tetap pada suhu setidaknya minus 20 derajat Celsius. Jika tidak, isi gudang bakal rusak dan harganya akan jeblok di pasar.

Gudang tersebut milik UD Safinah, salah satu perusahaan pembekuan ikan di Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur. Di dalam gudang berkapasitas 150 ton itu tersimpan 100 ton ikan tongkol dan layang beku. Semua dikemas dalam kardus masing-masing berisi 10 kilogram.

Sebelum masuk gudang, ikan-ikan ini kudu melewati serangkaian proses, dari pembersihan, penyortiran, sampai pembekuan selama 18 jam di ruangan bersuhu minus 35 derajat Celsius. "Biasanya kami kirim ke Probolinggo dan Jakarta," kata Diah Ayu, Sekretaris UD Safinah, kepada Tempo, Rabu pekan lalu.

Bisnis UD Safinah baru menggeliat lagi sejak Juni lalu. Sebelumnya, hampir dua tahun perusahaan ini hidup bagai kerakap di atas batu: hidup segan mati tak mau. Problemnya cukup mengherankan: kesulitan memperoleh bahan baku di negeri maritim seperti Indonesia yang lautnya kaya ikan.

Anna Anisah, si empunya pabrik, sudah berusaha ke sana-kemari mencari sumber ikan, tapi hasilnya nol besar. "Tapi kini tiap hari kami sudah bisa memproduksi 11 ton," kata dia dengan wajah lega.

Muncar hanya satu dari sekian banyak lumbung ikan di Tanah Air. Tahun-tahun sebelumnya, menurut data Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi, hasil tangkapan nelayan Muncar mencapai 50 ribu…

Keywords: -

---

Foto Terkait