Ketika Karen Merayu Kuwait

Edisi: 07/41 / Tanggal : 2012-04-22 / Halaman : 92 / Rubrik : EB / Penulis : Retno Sulistyowati, Aris Andrianto,

Sejumlah pekerja terlihat hilir-mudik di Unit Pengolahan IV Pertamina, Cilacap, Jawa Tengah. Mereka bergegas dari tempat penyimpanan alat ke tangki, yang berjarak sekitar satu kilometer. Semua bahan dan alat memang ditempatkan di luar kilang. "Kalau butuh, tinggal angkut," kata seorang pekerja kepada Tempo, yang berkunjung ke kilang minyak milik PT Pertamina (Persero) itu, Kamis pekan lalu. Para pekerja itu sedang "kejar tayang" membangun proyek residual fluid catalytic cracking atau RFCC.

RFCC adalah kilang pengolah kembali residu minyak yang dihasilkan dari proses di unit II Cilacap. Tangki berkapasitas 62 ribu barel itu dirancang untuk menghasilkan produk berupa bensin dengan oktan 92 (setara Pertamax) dan elpiji. Selama ini Pertamina mesti mendatangkan 4-5 kargo high octane mogas component untuk menaikkan angka oktan bensin.

Proyek yang diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada akhir Desember 2011 itu dikebut. Targetnya, kelar pada 2014. Kilang yang menelan dana US$ 1,4 miliar atau Rp 12,78 triliun itu diharapkan bisa meningkatkan produksi bahan bakar minyak 1,9 juta kiloliter dan elpiji 352 ribu ton per tahun. Masih ada pula propylene,­ bahan baku plastik, sebesar 142 ribu ton per tahun.

Pertamina sedang bekerja ekstra menggelembungkan kapasitas kilang. Soalnya, hampir 20 tahun terakhir, praktis tak ada tambahan produksi minyak. Pembangunan pabrik pengolah minyak mentah terakhir dilakukan pada 1990, yaitu kilang Balongan di Jawa Barat. Pada 1998, pemerintah sempat meningkatkan kapasitas kilang II Cilacap menjadi 230 ribu barel. Kini tekad…

Keywords: -

---

Foto Terkait